Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Supadilah

PJJ atau PTM, Guru Harus Siap

Guru Menulis | Sunday, 27 Feb 2022, 20:59 WIB
Cek suhu siswa oleh guru (dokumen pribadi)

Setelah setahun lebih belajar dari akibat Covid-19, sekolah kembali melakukan pembelajaran tatap muka 100 persen pada 3 Januari 2022. Tentu ini angin segar bagi dunia pendidikan. Sebab, telah lama sekali belajar daring, efektivitasnya tidak maksimal. Namun, kegembiraan ini tidak berlangsung lama. Saat ini sekolah kembali harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh.

Gubernur melalui surat edaran Nomor 421/6-Dindikbud/2022 tentang pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SMA, SMK, dan SKh Negeri dan Swasta sepenuhnya dialihkan ke dalam Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Kebijakan PJJ dimulai pada hari Senin, 7 Februari 2022 sampai dengan 14 (empat belas) hari ke depan, dan setelah itu akan dievaluasi dengan melihat perkembangan sebaran COVID-19 dan Varian Omikron di wilayah Tangerang Raya dan Provinsi Banten.

Sebelumnya, beberapa daerah memberlakukan pembelajaran tatap muka 100% meskipun dengan kebijakan membagi menjadi dua shift misalnya shift pagi dan shift siang. Namun, terdapat juga kriteria capaian target vaksinasi lansia. Misal untuk bisa mengubah PPKM Level 3 menjadi Level 2 di Kabupaten/Kota, harus memenuhi syarat capaian total vaksinasi dosis 1 minimal sebesar 50% dan pada lansia di atas usia 60 tahun minimal sebesar 40%. Sedangkan untuk mengubah PPKM Level 2 menjadi Level 1 syaratnya adalah memiliki capaian total vaksinasi dosis 1 minimal sebesar 70% dan vaksinasi dosis 1 pada lansia mencapai minimal sebesar 60%.

Reaksi Guru

Bermacam-macam reaksi guru menyikapi kebijakan terbaru. Tentu wajar pro dan kontra mewarnai setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dalam komunitas musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) beberapa guru menyatakan kesal karena harus PJJ lagi. Terbayang betapa repotnya belajar daring. Mengelola pembelajaran daring memang sering bikin pusing.

Apa saja kesulitan yang alami? Mulai dari kehadiran siswa, antusiasme siswa, hingga keterbatasan jaringan internet. Meskipun saat ini internet sudah semakin maju, tapi belum bisa dinikmati setiap daerah di wilayah Indonesia, termasuk di wilayah Banten. Masih banyak daerah yang tidak mendapatkan akses internet atau blindspot.

Misalnya di kabupaten Lebak. Jangankan di daerah pelosok atau jauh dari pusat kota, daerah yang tidak jauh dari pusat ibukota kabupaten saja banyak yang kesulitan sinyal internet. Apalagi jika mati listrik, otomastis internet juga hilang.

Berkaca dari PJJ sebelumnya, kehadiran siswa juga minim. Beberapa guru mengatakan hanya sekitar 30% siswa saja yang hadir dalam saat belajar daring. Kalau seperti ini memang diakui efektivitas pembelajaran daring cukupp mengkhawatirkan.

Pembelajaran daring memang banyak tantangan. Persiapan mengajar daring itu lebih lama daripada persiapan mengajar tatap muka. Pengkondisian kelas bisa lebih lama dan kompleks. Saat jadwal belajar sudah tiba, siswa belum langsung sedia dalam kelas daring. Guru juga tidak bisa memastikan siswa bisa belajar dengan serius misalnya dengan mengaktifkan fitur video. Guru bisa saja meminta siswa mengaktifkannya, tetapi jika siswa memberikan alasan jaringan yang tidak memadai, guru bisa apa. Maka dibutuhkan kreativitas guru dalam mengelola kelasnya agar pembelajaran berjalan dengan maksimal.

Guru pun bersiap untuk kembali akrab dengan video meeting, learning management system (LMS), media sosial, Quizizz, Google Suite, dan berbagai aplikasi belajar daring lainnya. Itulah senjata yang digunakan guru dalam pembelajaran jarak jauh.

Guru sebagai pelaksana kebijakan di akar rumput harus siap dengan apapun kebijakan pemerintah. Maka jika saat ini diberlakukan PJJ, guru pun harus siap. Malah, sudah semakin siap jika dibandingkan awal-awal PJJ lalu. Ya, guru sudah punya pengalaman mengelola PJJ. Bahkan, PJJ membuat kreativitas guru semakin tergali.

Misalnya saat pandemi ini, banyak guru yang mulai akrab menjadi content creator, mengaktifkan akun Youtube dan mengisinya dengan berbagai konten pembelajaran. Padahal, sebelum pandemi, bisa dihitung jari guru yang akrab sebagai Youtuber.

bersiap membuat video pembelajaran (dokumen pribadi)

Hal yang penting dilakukan guru saat PJJ.

1. Memperhatikan Kesehatan Siswa

Belajar memang penting. Ketercapaian pembelajaran juga penting. Tapi yang tidak kalah penting adalah kesehatan siswa. Itu yang utama. Maka, saat belajar jangan lupa untuk bertanya kabar dan mengajak siswa untuk menjaga kesehatan. Jangan lupa untuk mengajak berdoa dan saling mendoakan agar diberikan kesehatan.

2.Menyesuaikan Kondisi Siswa

Pembelajaran harus menyesuaikan kondisi siswa. Ada siswa yang sudah punya alat untuk belajar, ada yang tidak punya. Ada yang punya alat belajar tetapi meminjam dari orang tua atau dipakai bersama dengan saudaranya.

Guru juga harus tahu apakah siswa punya ketersediaan internet atau tidak. Sehingga, guru bisa menyesuaikan sarana yang tepat untuk belajar baik itu secara daring atau luring, menggunakan zoom atau video pembelajaran, atau media sosial saja.

3. Pembelajaran Interaktif

Jalin komunikasi dalam pembelajaran. Hindari pembelajaran satu arah saja. Libatkan siswa dalam pembelajaran. Semakin banyak siswa yang terlibat, semakin baik.

4. Menciptakan Suasana Belajar Yang Menyenangkan

Belajar daring itu bisa melelahkan. Apalagi jika dalam satu hari ada beberapa mata pelajaran. Maka upayakan kondisi belajar jadi menyenangkan. Dalam hal ini guru harus bisa membuat suasana belajar jadi cair, seru, dan bergembira. Salah satunya adalah menggunakan ice breaking atau alpha zone dalam belajar. Banyak sekali metodenya. Bisa cerita lucu, tebak-tebakan, video lucu, game, bahkan bernyanyi bersama. Intinya adalah membuat suasana belajar menjadi seru dan menyenangkan.

Sekolah Siaga

Meskipun melaksanakan pembelajaran daring sekolah tetap siaga menerapkan protokol kesehatan di sekolah dengan menyiapkan fasilitas-fasilitas untuk penerapan protokol kesehatan itu misalnya menyediakan tempat cuci tangan, hand sanitizer masker himbauan himbauan menjaga cara dan lainnya. Terutama untuk guru yang melakukan pembelajaran daring dari sekolah atau work from office.

Sekolah juga mendukung pemerintah dalam mengusahakan Covid-19 segera berakhir. Salah satunya dengan mengikuti vaksinasi. Tenaga pengajar lebih dulu mendapat vaksinasi lengkap dua kali. Setelah itu siswa dan tenaga pendidik juga mendapatkan vaksinasi. Ini ini upaya ini ini sebuah sebagai sebuah ikhtiar menciptakan mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity. Semua berharap bisa kembali melakukan pembelajaran tatap muka.

Mudah-mudahan kita tidak pernah bosan untuk menerapkan protokol kesehatan sebagai usaha mencegah Covid-19. Kadang memang bosan karena harus terus PJJ dan menerapkan protokol kesehatan. Tapi kalau itu tidak dilakukan, maka dampak yang lebih fatal bisa terjadi. Jadi jangan lengah untuk terus menerapkan protokol kesehatan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image