Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mita Apriana

PTM Tidak untuk Saat Ini

Lomba | Monday, 28 Feb 2022, 21:15 WIB

Oleh : Mita Apriana

Akhir tahun 2019 dunia digemparkan dengan berita wabah virus yang diperkirakan berasal dari kota Wuhan, China. Virus ini dikenal dengan Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) yang dapat menyerang sistem pernapasan. Di indonesia sendiri, awal virus ini diketahui ketika kasus pertama diumumkan di awal bulan maret 2020 dan kasus Covid-19 inipun telah masuk gelombang ke-tiga dengan varian baru Omicron. Dari data Covid19.co.id, hingga 25 Februari 2022 jumlah orang terpapar Covid-19 masih menunjukkan peningkatan, tembus sebanyak 5.457.775 orang. Kondisi ini terasa mengerikan karena mengakibatkan angka kematian yang cukup besar.

Tak dapat dipungkiri, dampak pandemi Covid-19 begitu mempengaruhi tatanan kehidupan manusia. Di bidang ekonomi, sudah banyak pelaku usaha menutup usahanya sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Tidak hanya itu, pandemi Covid-19 telah mempengaruhi kebijakan primer tentang pengaturan cara sekolah. Baik melalui penghentian kegiatan belajar dan mengajar, penundaan pelaksanaan Ujian Nasional (UN), hingga diberlakukannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah. Hadirnya PTM menghadirkan kembali antusias dan semangat para pelajar.

Namun akhir-akhir ini berita dan informasi di media mengabarkan Covid-19 telah merebak ke sejumlah sekolah karena munculnya penularan Covid-19 siswa dan guru saat PTM berlangsung. Lalu, apakah PTM tetap perlu dijalankan?

Untuk saat ini, sebaiknya pemerintah tidak perlu melanjutkan kebijakan PTM pada sekolah – sekolah yang berada pada zona resiko tinggi. Mengapa ini perlu dilakukan?

Pertama, karena aktivitas di sekolah rentan berkontak fisik secara langsung. Aktivitas sekolah juga tidak menjamin guru dan siswa betah menggunakan masker dan menjaga jarak. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, sebanyak 1.299 sekolah menjadi klaster virus Covid-19 (https://databoks.katadata.co.id). Bisa dibayangkan jika tracing siswa yang memiliki kontak erat dengan pasien menunjukkan banyak yang terkonfirmasi positif Covid 19. Tentu saja sekloah yang menjadi cluster Covid akan semakin bertambah.

Sumber : https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/09/23/imbas-ptm-1299-sekolah-jadi-klaster-covid-19

Kedua, karena kesehatan merupakan modal penggerak perekonomian. Apabila siswa positif, tentu orang tua yang menjalani isolasi mandiri dan merawat putra-putrinya tidak dapat bekerja. Hal ini akan mempengaruhi perekonomian keluarga. Kalau kita sering mendengar nasehat agar mengutamakan kesehatan dalam bekerja, maka kita juga harus mengutamakan kesehatan dalam belajar di masa pandemi.

Ketiga, untuk menghilangkan kekhawatiran orang tua di tengah situasi pandemi Covid-19 yang tak menentu. Misalnya ketika anak mulai merasa demam, flu dan batuk, orang tua akan mulai merasa cemas. Nah, ketika belajar di rumah, orang tua tidak terlalu khawatir. Mereka dapat mengontrol protokol kesehatan, mengawasi kebersihan dan kondisi kesehatan anak-anaknya. Di tengah situasi covid-19 saat ini, orang tua sebaiknya menjadi satgas Covid perlindungan kesehatan anak-anak yang terdepan.

Ke-empat, karena perlu upaya kehati-hatian terhadap penularan covid yang begitu cepat dan terbentuknya klaster-klaster baru di jenjang pendidikan. Kita semua tentu menginginkan siswa dan guru dapat bertatap muka kembali di sekolah. Namun dengan kasus Covid-19 di sekolah yang semakin bertambah, pemerintah dan pihak sekolah perlu melakukan evaluasi terlebih dahulu apakah ada protokol kesehatan yang dilanggar. Segala aktivitas di sekolah harus diberhentikan agar proses evaluasi lebih maksimal dan tidak menimbulkan klaster-klaster baru.

Kebijakan pemberhentian PTM sepertinya harus memuat pedoman pelaksanaan yang lebih ketat. Pedoman tersebut dapat berisi larangan-larangan tertentu agar pelaksanaannya dapat terarah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Meskipun kebijakan PTM ini terkesan membingungkan para siswa, orang tua dan guru, namun perlu digarisbawahi bahwa keputusan yang tepat dan tanggap dalam penentuan kebijakan sangatlah diperlukan terhadap suatu permasalahan. Mungkin pemerintah masih mencari formula yang tepat dan masih banyak hal yang perlu disinkronkan agar hal tersebut tidak lagi membingungkan. Lalu apa yang perlu kita perbuat?

- Tetaplah patuh dan bersabar. Perumusan kebijakan disebabkan kondisi yang darurat ini perlu dimaklumi dan dipahami tidak akan pernah ideal. Oleh karena itu, alangkah baiknya kita tetap bersabar dan patuh pada aturan.

- Tetaplah mengikuti protokol dan SOP kesehatan. Antara lain melaksanakan perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan cairan hand sanitizer setelah melakukan aktivitas sehari-hari, menyemprot desinfektan secara berkala, melaksanakan pembatasan sosial dan pembatasan fisik, dan menggunakan masker di luar rumah.

- Tetaplah menjaga imun dan berpikir positif.

- Tetaplah berdo’a agar Pandemi Covid di Indonesia segera berakhir

#lombanulis #nasibptm

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image