Jumat 04 Mar 2022 19:21 WIB

Partai Komunis Yakin Setelah Rusia, China Sasaran Berikutnya

Partai Komunis China memberitahu rakyatnya bahwa bisa jadi target AS berikutnya

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Presiden China Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin
Foto: Alexei Druzhinin, Sputnik, Kremlin Pool Photo
Presiden China Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Meski dikecam negara-negara Barat, Rusia memiliki pendukung vokal di China. Partai Komunis China yang berkuasa memberitahu rakyatnya bahwa mereka juga bisa menjadi target Amerika Serikat (AS) selanjutnya.

"Bila Rusia hancur, kami berikutnya, ini sudah pasti, Amerika Serikat ingin menguasai dunia," kata pensiunan asal Beijing, Wang Yongchun, Jumat (4/2/2022).

Pernyataan ini mencerminkan sikap partai penguasa yang merupakan salah satu sekutu dekat Putin. Beijing menegaskan perang harus dihentikan tapi Amerika Serikat yang harus disalahkan.

Pemerintah Presiden Xi Jinping mencoba menjaga jarak dengan serangan Rusia ke Ukraina tapi menghindari mengkritik Moskow. Pemerintah China juga telah menawarkan diri sebagai penengah dan mengecam sanksi-sanksi perdagangan dan keuangan terhadap Rusia.

Partai Komunis menguasai seluruh media China dan menyensor internet dengan ketat sehingga sulit untuk mengetahui dengan tepat opini publik. Tapi apa yang diizinkan pemerintah untuk dipublikasikan di internet dan media mengungkapkan apa yang dipikirkan publik.

Berdasarkan instruksi yang diunggah Beijing News pekan lalu media-media China diminta hanya mengunggah konten pro-Rusia dan menyensor pandangan anti-Rusia atau pro-Barat. Unggahan tersebut kemudian dihapus.

Di media sosial terdapat komentar yang memberi simpati untuk Ukraina dan mendukung Rusia. Tapi tidak ada yang mengkritik Moskow.

"Ketika perang dimulai bukankah anak-anak dan orang biasa yang menjadi umpan merium, yang meninggal adalah anak-anak dan orang biasa," kata unggah atas nama Da Ke Ming Yi di Weibo.

Surat yang ditandatangani lima profesor dari universitas ternama mengkritik Rusia karena menyerang tetangga yang lebih lemah muncul di media sosial sebelum dihapus lagi.

"Kami menentang perang tidak adil," kata pada akademisi termasuk dari Tsinghua University yang merupakan almamater banyak pejabat Partai Komunis.

Muncul komentar dari para nasionalis yang mengkritik akademisi itu karena tidak mengikuti posisi resmi partai yang netral. Partai Komunis menggunakan buku ajar dan media untuk menanamkan nasionalisme. Pemerintah China menuduh AS mencoba menghalangi kebangkitkan China sebagai pemimpin di panggung inernasional.

Media pemerintah China menyalahkan AS dan Eropa atas perang di Ukraina. Sebab mereka gagal merespon tuntutan Rusia agar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) melarang Ukraina menjadi bagian aliansi Barat tersebut. n Lintar Satria/AP

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement