Senin 07 Mar 2022 07:36 WIB

BJ Habibie, Presiden Penuh Prestasi Tapi Penuh Olokan, Namun tak Mau Perpanjang Kuasa

Ketika jadi Presiden BJ Habibie malah memajukan pemilu,

Rep: Muhammad Subarkah/ Red: Partner
.
.

BJ<a href= Habibie tengah melemparkan ke udara maian pesawat terbang dari kertas. Foto ikoniik sosok BJ Habibie ini karya fotografer Republika Yogi Ardhi ini meraih berbagai penghargaan internasional. Republika pun ikut meraih penghargaan sebagai surat kabar dengan tampilan halaman satu terbaik dunia dalam Winfra Award beberapa tahun silam." />
BJ Habibie tengah melemparkan ke udara maian pesawat terbang dari kertas. Foto ikoniik sosok BJ Habibie ini karya fotografer Republika Yogi Ardhi ini meraih berbagai penghargaan internasional. Republika pun ikut meraih penghargaan sebagai surat kabar dengan tampilan halaman satu terbaik dunia dalam Winfra Award beberapa tahun silam.

Siapa tak kenal almarhum BJ Habibie. Dia adalah Presiden RI pengganti Soeharto. Namanya, melambung sejak muda. Tulisan pertama yang memuji dia setinggi langit itu ada pada kolom pendiri Kompas PK Ojong di tahun 1969. Dalam tulisan PK Ojong yang terkumpul dalam sebuah buku yang tebal itu terselip kekagumannya pada sosok anak Pare-Paru bermata bulat yang menjadi boss di sebuah perusahaan berteknologi tinggi di Jerman.

''Bayangkan Habibie mampu jadi top manager di sebuah perusahaan vital di Jerman. Anak buahnya semua bule. Semuanya pintar dan dia mampu memimpinnya,'' tulis Ojong kala itu.

Dan benar saja, beberapa tahun kemudian BJ Habibie di panggil pulang oleh Presiden Soeharto melalui Ibnu Sutowo yang kala itu menjadi petinggu Pertamina. Singkat cerita Habibie bersedia pulang dengan syarat diberi kesempatan membangun negara dengan mengimplemntasikan pembangunan teknologi. Soeharto setuju seraya berseloroh,''Boleh saja kamu pulang bikin apa saja, asal bukan bikin revolusi."

Bertahun kemudian BJ Habibie berusaha keras mewujudkan impiannya, yakni melakukan pembangunan teknologi Indonesia, khususnya meembuat pesawat terbang yang menjadi keahliannya. Dan mimpi ini telah dia tanam semenjak kepergian kuliahnya ke Jerman Barat dahulu. Kala itu dalam pertemuan pembekalan sebelum kuliah dia sempat bertemu Presiden Soekarno yang menyatakan bila dirinya bermimpi Indonesia bisa membuat kapal terbang.

Mimpi Soekarno yang kemudian dilanjutkan Soeharto itulah yang terus berputar di kepalanya. Mulai saat tinggal di Indonesia, beberapa tahun kemudian, dia mulai membuka kesempatan bea siswa bagi putra-putra Indonesia bisa mengenyam pendidikan tinggi di Universitas bergengsi bidang teknologi di terkemuka dunia. Berpuluh tahun kemudian, 'anak-anak' Habibie inilah yang kemudian membantunya mewujudkan impiannya membuat pesawat terbang. Maka kelak, muncul pesawat made in Bandung, yakni CN 235 dan N250.

Dan, CN 235 berhasil terbang. Pada awalnya dahulu dicemooh habis-habisan. Bukan hanya oleh warga biasa, tapi kalangan elit yang dikemudian hari selah BJ Habibie tak jadi presiden kemudian menduduki tampuk pimpinan negara. Ironis!

Uniknya, meski sempat pada awalnya di maki-maki, kini yakni di dekade kedua tahun 2000, CN 235 dipuji setinggi langit. Pujian yang sangat tak terbayangkan bila dahulu CN 235 disebut pesawat gombal yang akan jatuh sendiri atau pesawat murahan yang hanya bisa dijual dengan cara barter dengan beras ketan.(Padahal kelak Indonesia membeli pesat tempur canggih Rusia, Sukhoi, dengan duit dari hasil penjualan komoditi sawit).

Nasib CN 235, meski di maki, masih sedikit beruntung dari pada adiknya pesawat N250. Pesawat produksi Bandung yang terakhir ini, meski sudah memasuki tahap akhir uji coba dan tinggal melakukan penerbangan ke daerah kutub untuk meraih sertifikat IAAF, tak sempat diproduksi. Ini terjadi karena kala itu datang krisis ekonomi dan IMF memotong anggaran negara yang diperuntukan bagi produksi pesawat ini. Impian Habibie untuk memproduksi pesawat ini pun hilang. Presiden berikutnya tak ada yang mau melanjutkan proyeknya. Bahkan, kala itu ada ujaran yang beredar luas bila IPTN lebih baik dibubarkan dan diganti dengan pabrik panci saja.

BJ Habibie sendiri selalu sangat sedih bila ditanya soal proyek produksi pesawat N250. ''Saya sedih tapi bisa bertindak apa. Meski kala itu jadi presiden, saya merasa belum tepat melanjutkan proyek itu. Sebab, saat itu konsentrasi dana negara tengah sedang fokus pada pemulihan ekonomi akibat krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1988 itu. Saya prioritas ke sana dahulu,'' kisah Habibie dalam berbagai kesempatan wawancara di media massa.

Namun, meski sudah lapang dada dan berjasa besar pada pengembangan teknologi, nasib Habibie sendiri, terutama saat jadi presiden, tak luput dari caci maki. Malah boleh dibilang sangat dahsyat dan keterlaluan. Olok-olok pun meluas hingga media massa pun kala itu sering memuatnya. Bahkan ada seorang wartawan politik yang tega mengatakan kala ada gambar Habibie maa itu layak ditempelkan pada pantat ayam saja!

Yang paling penulis ingat adalah olok-olok melalui kartun yang dipasang di Kantor Barisan Nasional (Barnas) pimpinan Kemal Idris (mendiang mantan Panglima Kostrad) yang ada di Jl Gatot Subroto. Di kantornya terpampang karikatur Habibie yang dipasang di sebuah papan tulis yang menempel di tembok. Gambar itu menampilkan sosok Habibe laksana anak idiot dengan kepala besar dan mata yang besar melototdengan badan yang mungil laksana bayi. Gambarannya seperti boneka kayu 'tokoh Kermit' dalam tayangan televisi yang dahulu sangat populer: 'Sasame Street'.

Bahkan, ketika Habibie ke luar dari Sidang Umum MPR kala pertanggungjawabannya selaku presiden ditolak, sebagian anggota DPR (saya masih ingat orang-orangnya) ramai berteriak kencak mengoloknya sembari meneriaka: hu..hu..hu. Ucapan inii tak hanya terdengar dalam ruang sidang, tapi terdengar dan dilakukan juga ketika Habibe ke luar dari ruang sidang itu dan hendak pulang dengan menaiki mobil. Adegan ini terekam dalam benak penulis karena melihatnya langsung dari jarak dekat.

Dan, ketika Habibie pada suatu waktu ditanya apakah galau atau baper akan teriakan 'hu..hu..hu' itu, dia dengan santai menjawabnya:'Tidak mendengar." Bahkan dia mengatakan kalaupun ada teriakan dirinya saat itu merasa teriakan itu sebagai pujian.

Lalu bagaimana dengan maraknya cacian dan kritikan yang menyebar di media massa yang saat itu malah dikembalikan kemerdekaannya? Habibia hanya menjawab pendek:"Saya tak pernah membacanya, karena sibuk kerja sebagai presiden. Kala itu saya hanya baca media asing."

Di sinilah BJ Habibie membuktikan dirinya sebagai orang besar dan negara. Dia tak kemaruk jadi Presiden. Dia tak ingin menambah panjang jabatan presiden meski punya hak menyelengarakan pemilu setelah empat tahun dari setelah dirinya diangkat menjadi presiden. Dia malah memilih mengajukan pemilu demi kestabilan negara dan kepastian hidup rakyat banyak.

Maka wajar bila Habibie bersikap santai saja ketika menerima kunjungan Gus Dur yang baru saja diangkat menjadi presiden penggantinya. Dia dengan riang menerima kedatangan Gus Dur ke rumahnya sore hari beberapa jam setelah sidang MPR berakhir. Habibie tertawa-tawa akrab berbincang dengan Gus Dur di rumahnya. Ketika pulang dia mengantarkan Gus Dur sampai mobil seraya mengatakan:"Mobil kepresidenan ini punya Gus Dur sekarang. Selamat ya Gus,'' kata Habibe sembari menjabat tangan Gus Dur di dekat pintu mobil Istana yang menjemputnya. Setelah itu dengan santai Habibie pun melambaikan tangan ketika mobil kepresidenan berlalu dari depannya.

Habibe memang selalu dikenang. Sang jenius ini yang disebut penyanyi Iwan Fals pada lagu Oemar Bakri di album hits perdana 'Sarjana Muda', sebagai otak Indonesia, telah membuktikan kebesarannya. Meski kerapkali diolok-olok dengan dahsyat, di kemudian hari semua terkesima atas prestasinya.

BJ Habibe yang dalam disertasinya doktornya di Univeritas Aachen disebut orang 'aus Pare-Pare' (asal Pare Pare, Sulawesi Selatan menjadi contoh pemimpin berikutnya. Segala makian dari seorang tokoh bangsa kepada BJ Habibie yang disemburkan ke saya sepanjang perjalanan dari Bandara Soekarnp Hatta ke sebuah lembaga di kawasan Menteng yang menyebut "Habibie belum menjadi manusia': tak terbukti! Sejarah telah membuktikannya.

Alfatikihah untuk BJ Habine, beserta Ibu Ainun Habibie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement