Senin 07 Mar 2022 09:41 WIB

Luka Industri Otomotif Akibat Konflik Rusia-Ukraina

Konflik Tusia Ukraina membuat industri otomotif babak belur.

Red: Dwi Murdaningsih
Perusahaan otomotif asal Rusia Avtovaz
Foto: TASS
Perusahaan otomotif asal Rusia Avtovaz

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik antarnegara yang melibatkan invasi militer, tentu membawa banyak konsekuensi dalam banyak hal. Tidak perlu waktu lama, dalam hitungan pekan konflik Rusia-Ukraina berlangsung, sebagian dari sistem ekonomi dunia sudah bergejolak.

Salah satu contohnya sektor otomotif, industri yang sangat lekat dengan Eropa sebagai salah satu kiblatnya. Sebut saja BMW, Mercedes-Benz, Volvo, Volkswagen, Renault, Daimler, Porsche, dan Ferrari semuanya adalah merek otomotif ternama dari benua itu.

Baca Juga

Meski Rusia dan Ukraina bukan lah pasar terbesar industri ini, tapi konflik kedua negara telah menimbulkan dampak luas dan "luka" bagi sektor otomotif. Kenapa? Ini lebih karena terganggunya rantai pasokan ke pabrikan-pabrikan otomotif besar Eropa lantaran Ukraina selama ini merupakan negara pemasok komponen otomotif.

Pabrik-pabrik mobil besar di Jerman menghentikan operasinya karena mengandalkan komponen buatan Ukraina. Sementara pasokan untuk industri baja terpukul yang efeknya hingga ke Jepang.

Konflik juga menghambat ekspor komoditas besar Ukraina dan Rusia, mendorong harga minyak, gas alam, gandum dan minyak bunga matahari meroket. Mengutip Wall Street Journal, pengiriman dari pelabuhan Ukraina, koridor penting untuk pengiriman biji-bijian, logam, dan minyak Rusia ke seluruh dunia, telah dihentikan.

Ukraina adalah rumah bagi 22 perusahaan asing seperti Leoni yang menjalankan 38 pabrik yang membuat barang untuk industri otomotif, menurut UkraineInvest, badan pemerintah yang mempromosikan investasi.

Rusia juga dikenal sebagai negara pemasok untuk komoditas seperti gas neon dan paladium, bahan penting untuk membuat semikonduktor. Sebagaimana diketahui, selama ini industri manufaktur mobil telah terganggu oleh minimnya pasokan semikonduktor, dan ini bakal semakin diperparah oleh invasi Rusia ke Ukraina.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement