Rabu 09 Mar 2022 02:02 WIB

Pameran Jayapatra, Dedikasi Yogyakarta Bagi Bangsa

Jayapatra berarti perjanjian kemenangan.

Red: Budi Raharjo
Memperingati jumenengan atau kenaikan tahta Sri Sultan HB X ke-33, Keraton Yogyakarta menggelar simposium internasional dan pameran dengan tema Jayapatra: Dedikasi Yogyakarta Bagi Bangsa.
Foto: Istimewa
Memperingati jumenengan atau kenaikan tahta Sri Sultan HB X ke-33, Keraton Yogyakarta menggelar simposium internasional dan pameran dengan tema Jayapatra: Dedikasi Yogyakarta Bagi Bangsa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memperingati jumenengan atau kenaikan tahta Sri Sultan HB X ke-33, Keraton Yogyakarta menggelar simposium internasional dan pameran dengan tema Jayapatra: Dedikasi Yogyakarta Bagi Bangsa. Pameran digelar di Bangsal Pagelaran Keraton Yogyakarta selama empat bulan ke depan mulai Selasa (8/3/2022), yang bisa disaksikan secara langsung maupun virtual.

Pameran menghadirkan beragam arsip dan bukti sejarah peran Keraton Yogyakarta dan masyarakat dalam dinamika politik nasional. Mulai dari kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Amanat 5 September 1945, dan pemindahan ibukota negara ke Yogyakarta. Lalu Agresi Militer Belanda II, Serangan Umum 1 Maret 1949 hingga kelahiran Republik Indonesia Serikat. 

GKR Mangkubumi mengatakan peran-peran vital telah diwujudkan dalam berbagai hal. Termasuk pada bidang pendidikan, Keraton Yogyakarta merintis pendidikan berbasis budaya melalui sekolah tamanan, kemudian berkembang menjadi sekolah-sekolah ala Barat. 

"Puncaknya, kehadiran 71 sekolah partikelir pada pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII menjadi bukti perhatian sultan atas pendidikan," ujarnya. Sekolah-sekolah tersebut selanjutnya berkembang menjadi Hollandsch Inlandsche School dan mengakomodasi kebutuhan pendidikan di Yogyakarta. 

Estafet perjuangan di bidang pendidikan diteruskan pula oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan mengizinkan kawasan keraton sebagai ruang belajar Universitas Gadjah Mada. Di sisi lain Sri Sultan Hamengku Buwono IX secara pribadi terlibat langsung dalam upaya mempertahankan kemerdekaan. Peran sultan dalam politik praktis menjadi catatan sejarah penting dari Yogyakarta untuk bangsa. 

“Perjuangan ini dilanjutkan pula oleh Sri Sultan Hamengku Bawono dalam mempertahankan kedaulatan republik melalui praktik-praktik budaya dan reformasi di Yogyakarta. Potret pisowanan ageng pada tahun 1998 menjadi fakta atas peran sultan dalam menjaga keutuhan Republik Indonesia,” ujar GKR Mangkubumi.

Jayapatra berarti perjanjian kemenangan, yang mengacu pada perjuangan menempuh kemerdekaan dipenuhi dengan berbagai perjanjian hingga memenangkan sebuah kebebasan. Payung tema ini hadir sebagai upaya menarik kembali sejarah panjang Yogyakarta sebagai kota kerajaan yang memiliki pengaruh besar atas kelahiran republik. Peran-peran di bidang pendidikan, sosial, politik, ekonomi, hingga kebudayaan selanjutnya diterjemahkan dalam masing-masing tema simposium, sekaligus sudut-sudut ruang pamer. 

GKR Bendara, Penghageng Nityabudaya, menyatakan agenda ini menjadi momentum untuk kembali merefleksikan diri atas perjuangan panjang merebut kemerdekaan sekaligus mengejawantahkan berbagai praktik dalam menjaga kemerdekaan. "Harapannya pameran ini hadir sebagai upaya keraton dalam mengilhami generasi muda agar melek sejarah tentang Yogyakarta dan perannya atas kelahiran republik," ujar GKR Bendara, Penghageng Nityabudaya - divisi keraton yang berwenang atas museum dan kearsipan dalam pembukaan pameran tersebut.

"Beragam bukti sejarah yang dipamerkan kali ini kami bawakan agar masyarakat tahu mengapa Yogyakarta menjadi daerah istimewa," imbuhnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement