Senin 14 Mar 2022 14:01 WIB

Ketahui Bencana Lingkungan akan Terjadi Jika Bom Nuklir Meledak

Ledakan nuklir bahkan bisa mempengaruhi iklim.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Inti nuklir. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Inti nuklir. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Radioaktivitas dan kejatuhan terkait bom nuklir akan memiliki efek lingkungan dan kesehatan yang serius. Kerusakan ini tergantung pada ukuran konflik nuklir, ledakan bahkan dapat mempengaruhi iklim.

Dilansir dari Live Science, Senin (14/3/2022), di tempat seperti Ukraina, yang menghasilkan 10 persen gandum dunia, kejatuhan mungkin terjadi di lahan pertanian. Jika kejatuhan bom terdampak ada pasokan makanan, itu dapat menyebabkan masalah jangka panjang, seperti kanker. Radioaktif yodium, khususnya, bisa menjadi masalah.

Baca Juga

“Sapi mengonsentrasikan yodium dalam susu, dan anak-anak mengonsentrasikan yodium dalam susu ke dalam tiroid,yang menyebabkan kanker tiroid,” kata Michael May, co-direktur emeritus di Pusat Keamanan dan Kerjasama Internasional di Stanford University dan direktur emeritus Laboratorium Nasional Lawrence Livermore, dalam sebuah artikel Live Science pada 2017. 

Abu dan jelaga yang dikeluarkan ke atmosfer selama perang nuklir dapat memiliki efek pendinginan yang serius pada iklim jika cukup banyak bom yang dijatuhkan. Sementara satu atau dua ledakan hanya 100 senjata seukuran yang dijatuhkan di Hiroshima pada 1945 akan menurunkan suhu global di bawah Zaman Es Kecil yang terjadi sekitar tahun 1300 hingga 1850, menurut sebuah analisis tahun 2012 yang diterbitkan dalam The Bulletin of the Atomic Scientists.

Dampaknya hari ini adalah perubahan iklim yang liar dan tiba-tiba. Suhu selama Zaman Es Kecil turun sebanyak dua derajat Celcius, penurunan yang lebih besar daripada peningkatan pemanasan yang terlihat sejak awal revolusi industri (sekitar satu derajat Celcius).

Hawa dingin yang tiba-tiba seperti hari ini dapat berdampak pada pertanian dan persediaan makanan. Zaman Es Kecil menyebabkan kegagalan panen dan kelaparan pada saat populasi global kurang dari sepertujuh dari sekarang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement