Senin 14 Mar 2022 15:30 WIB

KH Muhammad Wardan Diponingrat, Pelopor Metode Wujudul Hilal (II)

Dalam ilmu falak, Kiai Wardan dikenal penggagas konsep hisab hakiki wujudul hilal.

Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- KH Muhammad Wardan Diponingrat dikenal sebagai pemuda Muhammadiyah yang selalu haus akan ilmu pengetahuan. Usai bertugas di Situbondo, ia masih bersemangat untuk terus mencari ilmu-ilmu agama.

Saat itu, dirinya bercita-cita meneruskan pelajaran ke Haramaian atau Kairo, Mesir. Akan tetapi, keterbatasan biaya menghalangi terwujudnya keinginan itu.

Baca Juga

Akhirnya, Wardan memilih untuk memperdalam ilmu-ilmu agama di dalam negeri.Ia melanjutkan rihlah intelektualnya ke Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta. Antara tahun 1931 dan 1934, dirinya di sana menimba beragam ilmu, termasuk akidah, tafsir Alquran, hadis, dan fikih.

Seperti diceritakan Susiknan Azhari dalam Ensiklopedi Muhammadiyah, Wardan selama menjadi santri Jamsaren pernah mengikuti kursus bahasa Belanda. Les itu digelar di sekolah Nederland Verbond, yang berlokasi tidak begitu jauh dari pesantrennya.

Di samping itu, ia juga menjadi murid privat seorang guru keturunan Tionghoa asal Temasek (Singapura). Kepadanya, pemuda Muhammadiyah ini mengasah kemampuan berbahasa Inggris.

Tekad Wardan untuk menyerap ilmu sebanyak-banyaknya sesungguhnya sejalan dengan corak khas Jamsaren sendiri. Pesantren tersebut saat itu menjadi salah satu pusat keilmuan di Nusantara. Ada ribuan orang santri dari berbagai penjuru Asia Tenggara datang untuk berguru ke sana. Pengasuhnya, KH Idris, pun memiliki reputasi yang diakui luas.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement