Senin 14 Mar 2022 23:33 WIB

Ekonomi Pulih, Himbara Patok Penyaluran Kredit di Atas 10 persen

Awal 2022 Bank di bawah Himbara catat peningkatan penyaluran kredit signifikan

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga bertransaksi melalui anjungan tunai mandiri (ATM) di Jakarta. Bank Himpunan Milik Negara (Himbara) mencatat penyaluran kredit pada awal 2022 mengalami peningkatan cukup signifikan. Hal ini didorong masa pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung akibat pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Warga bertransaksi melalui anjungan tunai mandiri (ATM) di Jakarta. Bank Himpunan Milik Negara (Himbara) mencatat penyaluran kredit pada awal 2022 mengalami peningkatan cukup signifikan. Hal ini didorong masa pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung akibat pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Himpunan Milik Negara (Himbara) mencatat penyaluran kredit pada awal 2022 mengalami peningkatan cukup signifikan. Hal ini didorong masa pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung akibat pandemi Covid-19.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) menargetkan pertumbuhan kredit sebesar sembilan persen sampai 11 persen pada tahun ini. Tercatat pada Januari 2022 perseroan menyalurkan kredit 7,3 persen atau tumbuh 14 persen khusus kredit mikro.

Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan pada tahun ini perseroan optimistis penyaluran kredit dapat tumbuh lebih baik dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu. Perseroan menargetkan hingga akhir tahun ini, kredit dapat tumbuh sembilan persen sampai 11 persen.

“Strateginya yakni dengan selective growth dengan fokus pertumbuhan pada segmen UMKM dan ultra mikro. Fokus penyaluran kredit BRI. Ke depan segmen UMKM khususnya sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan, aktivitas jasa keuangan, real estate, aktivitas kesehatan dan kesenian hiburan,” ujar ketika dihubungi Republika.

Sebagai penyalur kredit terhadap UMKM terbesar di Indonesia, perseroan akan terus fokus terhadap pemberdayaan UMKM salah satunya melalui pembiayaan.  Sebagai informasi, pada kuartal IV 2021 tercatat portofolio kredit UMKM sebesar 83,86 persen dibandingkan dengan total penyaluran kredit BRI dan proporsi kredit UMKM BRI akan terus didorong naik 85 persen.

Menurutnya ada dua strategi BRI untuk memberdayakan dan mengembangkan segmen UMKM. Pertama, menaikkelaskan nasabah existing, dengan melakukan berbagai program edukasi dan pendampingan.

Kedua, menyasar segmen yang lebih kecil, yakni ultra mikro sebagai pertumbuhan baru. Dengan go smaller, go shorter, go faster, perseroan akan mampu menyasar segmen yang lebih kecil, dengan proses yang lebih cepat dan efisien dengan adanya digitalisasi. 

“Dengan strategi tersebut perseroan dapat melayani masyarakat sebanyak mungkin dengan harga semurah mungkin. Hal tersebut dapat dicapai dengan digitalisasi layanan perbankan, sehingga semua akan menjadi lebih cepat dan efisien,” ucapnya.

Di samping itu, perseroan menilai saat ini yang lebih dibutuhkan oleh UMKM sebetulnya bukan advokasi tapi edukasi. Adapun edukasi yang harus diberikan berupa semangat entrepreneurship karena tidak semua UMKM memiliki semangat tersebut. Kemudian UMKM perlu dibekali ilmu administrasi manajerial untuk mengatur keuangan, mengakses informasi, mengakses pasar, dan mengakses permodalan. 

“Setelah itu, UMKM dibimbing menjalankan bisnis secara sustainable atau berkelanjutan, dengan mengedepankan prinsip good corporate governance (GCG). Maka nantinya jika sudah layak dan komersial, akses pembiayaan yang semakin meningkat pun akan terwujud,” ucapnya.

Sementara itu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat penyaluran kredit sebesar Rp 821,33 triliun pada Januari 2022. Adapun realisasi ini tumbuh 10,58 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi AS Aturridha mengatakan sejalan dengan momentum pertumbuhan ekonomi, perseroan optimis kinerja kredit dapat tumbuh lebih baik. “Pada 2022 Bank Mandiri memproyeksi kredit tumbuh delapan persen dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian,” ucapnya.

Menurutnya dalam mendorong pertumbuhan bisnis, perseroan tetap terus menggali seluruh potensi yang ada terutama sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan seperti perkebunan, industri makanan dan minuman, telekomunikasi dan berbagai sektor yang sesuai dengan risk appetite perseroan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement