Selasa 15 Mar 2022 10:03 WIB

Kremlin: Putin Perintahkan Militer Tahan Diri Serbu Kota Besar Ukraina

Kremlin mengatakan pertempuran di kota besar akan menyebabkan kerugian warga sipil.

Red: Esthi Maharani
Rusia menahan diri dari menyerbu kota-kota besar Ukraina karena takut bertambahnya warga sipil
Rusia menahan diri dari menyerbu kota-kota besar Ukraina karena takut bertambahnya warga sipil

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan militer untuk menahan diri dari menyerbu kota-kota besar Ukraina karena takut bertambahnya warga sipil yang menjadi korban, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Senin (14/3/2022).

Berbicara pada konferensi pers di Moskow, Peskov mengatakan "pasukan ultra-nasionalis mengerahkan tank, artileri, peluncur roket di daerah perumahan."

Baca Juga

Peskov mengecam pernyataan "provokatif" penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, yang menuduh bahwa Putin "kecewa" tentang kurangnya kemajuan yang dicapai dalam merebut kota-kota besar.

“Para pejabat tinggi AS dan Uni Eropa yang disebutkan, tampaknya mendorong Rusia untuk menyerbu kota-kota besar Ukraina untuk meminta pertanggungjawaban negara kami atas kematian warga sipil. Kami percaya posisi seperti itu provokatif,” ujar Peskov.

“Pada awal operasi, Presiden Rusia memang menginstruksikan Kementerian Pertahanan tidak segera menyerbu permukiman besar, termasuk Kyiv, karena fakta pasukan nasionalis bersenjata melengkapi titik tembak, menempatkan peralatan militer berat langsung di daerah pemukiman.”

“Pertempuran di daerah berpenduduk padat pasti akan menyebabkan banyak korban sipil. Dan operasi itu direncanakan dengan mempertimbangkan keadaan ini,” kata dia.

Peskov menambahkan "seluruh dunia tahu gaya kejam otoritas Amerika, yang tidak peduli dengan kehidupan warga sipil untuk mencapai tujuan mereka."

“Semua orang ingat serangan bom karpet di bekas Yugoslavia, serangan roket di pusat Beograd, banyak korban yang tidak dapat dibenarkan di Timur Tengah, kejahatan yang dilakukan lebih dari 20 tahun di Afghanistan,” imbuh dia.

"Kami tidak membutuhkan saran dari ahli strategi seperti itu," tekan dia.

Peskov mencatat bahwa persyaratan operasi militer khusus Rusia tidak disebutkan, menambahkannya “berkembang sesuai dengan rencana, akan selesai dalam jangka waktu dan secara penuh.”

Juru bicara itu juga membantah laporan bahwa Rusia meminta bantuan militer China di Ukraina.

Baca juga : Telegram Aplikasi Pilihan di Tengah Perang Ukraina

Rusia ambil langkah minimalkan dampak sanksi ekonomi

Peskov juga mengatakan pemerintah Rusia mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan konsekuensi "perang ekonomi yang dideklarasikan ke Rusia" oleh Barat.

“Ada semua alasan bahwa konsekuensi dari perang ekonomi ini akan diminimalkan,” tegas dia.

Jubir Kremlin mengakui bahwa sektor IT sangat penting dan rentan dan mengatakan otoritas mengambil beberapa langkah untuk mendukungnya juga.

Adapun untuk membuka blokir platform IT Amerika Meta, yang terdiri dari jejaring sosial Facebook dan Instagram, Peskov mengatakan ini hampir tidak akan terjadi setelah membuat beberapa "kesalahan yang tidak menyenangkan."

Pekan lalu, Rusia memblokir Facebook dan Instagram setelah perusahaan induk mereka Meta mengubah aturan untuk mengizinkan seruan kekerasan terhadap Rusia dan tentara Rusia di platformnya di tengah perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada 24 Februari, dan telah menuai kecaman internasional.

Perang juga menyebabkan sanksi keuangan di Moskow dan mendorong penarikan perusahaan global dari Rusia. Setidaknya 596 warga sipil telah tewas dan 1.067 terluka di Ukraina sejak awal perang, menurut PBB. Sekitar 2,8 juta orang juga telah melarikan diri ke negara-negara tetangga, kata badan pengungsi PBB.

Baca juga : MUI: Saifuddin Ibrahim Perlu Diperiksa Dokter Jiwa dan Penegak Hukum

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement