Sabtu 19 Mar 2022 00:23 WIB

Mengapa WHO Bilang Akhir Pandemi Masih Lama?

WHO menyebut pandemi masih jauh dari kata selesai.

Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi Covid-19. WHO mencatat terjadi lonjakan kasus minguan Covid-19. Pandemi pun disebut masih lama berakhirnya.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. WHO mencatat terjadi lonjakan kasus minguan Covid-19. Pandemi pun disebut masih lama berakhirnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kapan pandemi Covid-19 akan berakhir? Mendapat pertanyaan itu, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Margaret Harris, mengatakan bahwa pandemi masih jauh dari kata selesai.

"Masih lama," kata Harris saat konferensi pers di Jenewa pada Jumat (18/3/2022).

Baca Juga

Harris mengingatkan bahwa ada lonjakan kasus dalam data mingguan terbaru. Badan kesehatan PBB itu pernah mengatakan bahwa fase akut pandemi dapat berakhir tahun ini, namun hal itu tergantung pada seberapa cepat tercapainya target vaksinasi 70 persen populasi di setiap negara, yang menjadi salah satu faktor penentunya.

"Yang pasti kita berada di tengah pandemi," katanya.

Kasus Covid-19 di seluruh dunia mulai meningkat pekan lalu setelah lebih dari sebulan mengalami penurunan, menurut WHO. Di Asia, provinsi Jilin di China sedang berjuang menekan wabah.

Dilaporkan Xinhua, Korea Selatan melaporkan 407.017 kasus baru Covid-19 pada Kamis (17/3/2022) sehingga totalnya mencapai 8.657.609 kasus, kata otoritas kesehatan, Jumat (18/3/2022). Beban kasus harian turun drastis dari rekor 621.328 kasus sehari sebelumnya.

Meskipun demikian, angka tersebut menandai rekor tertinggi kedua, menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea (KDCA). Peningkatan kasus belakangan ini didorong oleh infeksi di wilayah metropolitan Seoul di tengah penyebaran varian omicron.

Di Eropa, penambahan kasus Covid-19 yang tinggi telah mencetak rekor baru di Inggris. Di tengah lonjakan kasus ini, Inggris juga menemukan adanya gejala langka yang dialami oleh para pasien Covid-19, yakni telinga berdenging dan nyeri otot yang tidak biasa.

"Kasus Covid-19 saat ini berada pada level tertinggi dari yang pernah dicatat oleh ZOE Covid Study," ujar peneliti dari King's College London dan kepala ZOE Symptom Tracker App Profesor Tim Spector, seperti dilansir Express.co.uk, Jumat (18/3/2022).

Menurut ZOE Covid Study, total kasus harian bergejala di Inggris sudah mencapai 258.155 kasus. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sampai 47 persen dibandingkan kasus pekan sebelumnya yaitu 175.189 kasus.

WHO mengatakan, berbagai faktor menyebabkan lonjakan, termasuk varian omicron yang sangat menular beserta sub-variannya BA.2 alias "son of omicron". Penghapusan aturan pembatasan sosial dan kesehatan masyarakat juga turut andil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement