Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Alexander Arie

Naik dan Turunnya Dunia Sampai MotoGP Datang ke Mandalika

Olahraga | Friday, 18 Mar 2022, 23:20 WIB

Pada masanya, saya menyaksikan Valentino Rossi yang masih gondrong atraksi di atas motornya kala merayakan kemenangan di Sirkuit Sentul. Selain masih gondrong, motor yang dinaiki oleh Rossi berkapasitas 125cc alias ya kurang lebih setara motor-motor zaman now. Sekarang saja, saya pegang 2 motor dengan ukuran segitu yaitu Honda Supra dan Yamaha Lexi.

Rossi di Sentul (Sumber: GridOto)

Sejatinya, nama Valentino Rossi tetap merupakan fenomena di dunia balap. Rossi adalah monumen untuk balapan motor ini. Paling jelas sih Rossi hadir sejak masih era 125cc sampai kemudian MotoGP. Perubahan yang terjadi pada 2002 itu sejatinya cukup mendasar dan turut mewarnai perubahan kompetisi ini. Rossi di Sentul tahun 1997 hadir dengan menunggang Aprilia bersama Nastro Azzuro. Sejak zaman belum ada Wifi Cepat sampai sekarang yang zamannya sat-set-sat-set karena butuh buat 4-5 Zoom serumah, Rossi hadir sampai kemudian pensiun tahun 2021 silam.

Sayang juga sih, Rossi sang legenda tidak bisa hadir di Mandalika. Tapi ya jika hadirpun mungkin sudah beda rasanya. Rossi yang pensiun musim lalu adalah Rossi yang menjalani 18 balapan semusim tanpa kemenangan, tanpa podium, tanpa pole position, dan bahkan tanpa fastest lap sama sekali. Pada musim 2020, Rossi sebenarnya sudah menurun dengan hanya meraih 1 podium dalam setahun. Kemenangan terakhir Rossi sendiri terjadi pada musim 2017 atau 4 tahun sebelum pensiun. Ya, memang sudah lama sekali.

Republika)" />
Valentino Rossi (Sumber: Republika)

Hal itu tentu beda cerita dengan masa emas Rossi yang pada musim debutnya saja sudah merangsek ke posisi 2, 39 poin di atas Max Biaggi dan 58 poin di belakang Kenny Roberts Jr. Ada masa-masa ketika kita setiap dua pekan sekali menyaksikan bagaimana Rossi dan Biaggi berduel pada 2001 dan 2002 sebelum kemudian muncul Sete Gibernau pada musim 2003. Perlu diingat, di belakang mereka selalu ada Loris Capirossi. Ada juga periode ketika Rossi cukup jumawa yakni pada tahun 2005 dengan selisih kemenangan 147 poin dari Marco Melandri di peringkat kedua sebelum kemudian Rossi menuai kepahitan semusim kemudian kala dikangkangi Nicky Hayden hanya dengan 5 poin.

Setelah itu, nama-nama yang bersaing bertambah dengan hadirnya Casey Stoner, Dani Pedrosa, Jorge Lorenzo, hingga Marc Marquez. Ingat, Rossi terakhir kali juara dunia itu 2009 tapi namanya memang sudah kadung harum sebagai jagoan yang silih berganti lawannya.

Intinya sih wajar saja jika Rossi tidak hadir dalam balapan di Mandalika. Sederhananya, sudah bukan masanya The Doctor lagi. Saat ini, dalam urusan MotoGP kita akan membicang 24 nama dengan beberapa diantaranya adalah bakat besar yang tidak bisa diabaikan. Sebut saja dua pembalap dari tim Monster Energy Yamaha MotoGP yaitu Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli yang menguasai seri pedana musim 2022 ini.

Di deretan nama pembalap juga masih muncul Joan Mir, juara dunia pada musim yang aneh di 2020. Kita tentu tidak boleh melupakan Marquez yang dari debutnya saja pada tahun 2013 langsung juara. Sempat dicuri oleh Lorenzo pada 2015, Marquez kemudian juara lagi 4 musim beruntun sebelum kemudian dapat dibilang tidak ikut pada musim 2020 dan mengakhiri musim pada posisi 7 musim lalu. Segitunya, dia menang 3 kali dari 14 balapan yang diikuti. Perlu diingat bahwa berbeda dengan Rossi yang gonta ganti motor, Marquez setia dengan Honda RC213V selama 10 musim beruntun.

Bagi sebagian besar fans MotoGP, ihwal Rossi dan kemudian Marquez jelas tidak dapat diabaikan. Marquez sendiri hadir di Mandalika walaupun dengan capaian yang belum oke dari Qatar. Di sisi lain, Quartararo dan Morbidelli tampil dominan di Losail tersebut.

Republika)" />
Fabio Quartararo (Sumber: Republika)

Dahulu kala, MotoGP itu terasa jauh karena memang digelar di luar negeri. Kalaulah ada yang dekat tentu saja itu di Sirkuit Sepang, Malaysia. Siapa duga bahwa kelak di kemudian hari, hadir sebuah sirkuit berkelas dunia di tempat yang juga merupakan Destinasi Super Prioritas negeri ini yakni Mandalika.

Minggu lalu, kebetulan saya baru kembali dari Destinasi Super Prioritas Indonesia lainnya yakni Likupang. Di Likupang, saya bersua dengan teman yang pernah menginjakkan kaki di Sirkuit Mandalika bulan Desember 2021 lalu. Menurutnya, sebagai sebuah destinasi, Sirkuit Mandalika tentu merupakan hal yang luar biasa. Apalagi kemudian pemandangan Kuta Mandalika tidaklah jauh dari sirkuit tersebut.

Oya, ketika mengulik kembali tentang Rossi, Marquez, dan bagaimana persaingan MotoGP sebelum lantas tiba di Indonesia, saya kudu rebutan dengan anak saya sang penguasa IndiHome Internet Stabil di rumah. Bukan apa-apa, TV-nya cuma satu untuk YouTube Kids dan juga untuk nonton MotoGP. Wkwk. Bersaing dengan anak juga membuat saya kembali ke kondisi Rossi gondrong dulu kala karena itu adalah periode ketika saya masih SD. Kala PR masih menjadi permasalahan terbesar dalam hidup. Kala saya belum mengenal apa itu KPR, apa itu biaya masuk TK, apa itu harga diapers, asuransi kesehatan, dll.

Melihat perjalanan ketika Rossi yang mewarnai masa muda pensiun, lalu kemudian kemunculan dan dominasi Marquez hingga kemudian sampai pada eranya Quartararo, Morbidelli, Miller, dan teman-teman memang menjadi sebuah transformasi dunia bagi mayoritas kita yang melihat betul dulu Rossi dengan monster berwarna kuning menyalip dari peringkat belasan sampai akhirnya menjadi pemenang. Transformasi dunia juga kita rasakan kala melihat bahwa Marc Marquez yang dahulu dijuluki Baby Alien itu sebentar lagi akan kepala tiga.

Termasuk ketika melihat bagaimana akhirnya Marquez, Mir, hingga Morbidelli akhirnya mengaspal di seri Indonesia tentunya sudah cukup bikin bangga. Tinggal kita berharap nanti bendera Indonesia bukan hanya ada di sirkuit, melainkan juga di list pembalap. Semoga demikian.

Republika)" />
Sirkuit Mandalika (Sumber: Republika)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image