Senin 21 Mar 2022 07:02 WIB

Pola Pikir 'Batik Seragam Bapak-Bapak' Diminta Diubah

Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang estetis dan eksotik.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak.
Foto: Dokumen.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak.

REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak berharap batik bisa menjadi sektor yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Apalagi, kata dia, batik merupakan warisan budaya Indonesia yang estetis dan eksotik dengan proses pengerjaan yang relatif rumit.

Emil mengatakan, dibutuhkan langkah-langkah strategis yang dapat menjamin kesejahteraan para pengrajin batik. Mengingat, usaha yang dicurahkan dalam pengerjaan batik tidaklah sedikit. Salah satunya, diperlukan perubahan pola pikir agar batik menjadi besar. Bisa dilakukan melalui modifikasi dan pengenalan di media sosial. 

Baca Juga

"Ada anggapan kalau batik itu seragam bapak-bapak. Tapi kita harus ubah pola pikir, ambil perspektif orang luar yang jarang melihat batik. Bagaimana kalau mereka melihat batik diperagakan di catwalk dunia, mereka akan takjub," ujarnya saat menghadiri Festival Batik Blitar Keren 2022 di Monumen Perjuangan Pembela Tanah Air (PETA) Kota Blitar, Ahad (20/3/2022) malam.

Upaya mengubah pola pikir tersebut, lanjut Emil, bisa dimulai dengan modifikasi. Pengrajin batik dapat berkreasi di atas tradisi. Emil mengakui, bukan tidak mungkin ada penentangan karena pakem berubah. Padahal, kata dia, tradisi tetap bisa dikreasikan.

"Mari kita terbuka untuk menerima adakalanya kita ingin melihat karya murni apa adanya, ada saatnya kita berkreasi," kata Emil.

Emil mengatakan, salah satu keindahan seni batik tersembunyi dalam para pengrajinnya yang kebanyakan merupakan ibu rumah tangga. Dimana, mereka terbiasa menyisipkan pengerjaan batik di sela tugas rumah tangga.

"Ibu-ibu pengrajin ini biasanya mengerjakan batik di rumah, sambil mengurus anak dan suami. Selain itu, kita semua tahu bagaimana rumit proses pembatikan, terutama di jenis tertentu seperti batik tulis," ujarnya.

Emil menekankan, untuk batik-batik dengan teknik pengerjaan tinggi, harusnya agar dibanderol dengan harga yang premium sehingga nilainya setara dengan usaha yang dikeluarkan. "Dengan begitu, kita bisa menjadikan batik sebagai sektor ekonomi yang mensejahterakan," kata Emil.

Emil menerangkan, langkah lain yang perlu dilakukan adalah pengklasifikasian batik. Dengan begitu, semua macam batik dapat sampai ke market yang sesuai dan masyarakat dapat mengakses dengan mudah. 

Batik, kata dia, bisa dibagi berdasarkan motif dan juga pengerjaan. Maka dari itu, sebaiknya dipastikan terlebih dahulu mana yang bisa masuk ke sektor premium, mana yang masuk ke market lainnya. Artinya, kata dia, harus dikurasi dan didukung oleh pihak-pihak terkait.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement