Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Rahmat Naufal Wardhana

Jadilah Generasi Muda yang Kritis Terhadap Konflik Negara

Gaya Hidup | Monday, 21 Mar 2022, 15:39 WIB

Pada masa reformasi saat ini banyak generasi muda yang malas kritik bahkan tidak peduli sama sekali terhadap masa depan negeri tercinta kita ini. Bahkan para anak-anak muda hanya mementingkan diri nya sendiri. Memang pada masa sekarang ini juga masih berlangsung nya pandemi karena varian baru yaitu omicron, walaupun begitu para anak-anak muda tetap harus memperhatikan nasib negara kita untuk kedepannya. karena nasib negara kita supaya lebih dipandang di mata dunia. kemudian harus berani mengkritik pemerintah dalam artian untuk mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat bukan memojokkan atau menjatuhkan pemerintah. Lalu juga generasi muda sebagai kritis terhadap masalah negara dengan segala upaya perlu mencapai sebuah hasil dari pemikiran ide-ide yang berbeda, lalu juga kita ini tinggal di negeri demokrasi yang di mana negeri bebas menyampaikan pendapat tidak lupa memiliki gagasan yang kokoh yaitu semboyan bhineka tunggal ika yang di mana diartikan bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Dengan kita memiliki atau tertanam di hati bisa membuat pribadi makin kokoh tidak tergoyahkan. Dalam masa sekarang banyak kebijakan pemerintah yang tidak menyejahterakan masyarakat jadi kita selalu dirugikan, walau sering dirugikan juga ekonomi kita sedang sekarat, mengapa kita tidak memberanikan diri untuk menjadi lebih kritis terhadap masalah-masalah di negeri kita yang berada di depan mata, tetapi generasi muda sekarang lebih memilih diam menutup mulut, karena takut terjadi banyak kesalahan dalam mengimplementasikan sebuah kritikan yang akan memacu keributan antara masyarakat dan pemerintah. Padahal kita generasi muda sudah di didik dengan aktualisasi dan norma tetapi mereka tidak berani mewujudkan hal itu semua karena masih ragu untuk melakukan hal tersebut untuk kesejahteraan masyarakat. Memang kita ini memiliki pemikiran yang berbeda-beda tetapi tidak ada salahnya apabila dari perbedaan itu menjadi satu kesimpulan yang di mana tujuannya demi kebaikan negara, agar tidak dicemari oleh hal-hal yang tidak diinginkan.

Mengenai hal tersebut Dosen Program Studi Jurnalistik Fikom Unpad mengatakan "mahasiswa harus berani untuk beropini karena mahasiswa termasuk ke dalam golongan elite merupakan golongan yang terpelajar". Menurutnya, "sikap berani untuk beropini merupakan perwujudan dari peran mahasiswa sebagai agen perubahan".

Apa yang dikatakan oleh beliau memang sangat benar kita ini mahasiswa sebagai generasi muda yang di mana kita akan menjadi pewaris selanjutnya untuk masa depan negara yang lebih bersinergi intelektual mengenai masalah pemerintah yang tidak mensejahterakan rakyat.

di mana saat masa sebelum reformasi yaitu tahun 1998 yang di mana banyak mahasiswa demo di depan gedung DPR hingga menurunkan jabatan presiden Indonesia ke 2 yaitu Pak Soeharto. pada masa inilah yang banyak di kangenin oleh para kalangan tua mengapa di zaman sekarang di era reformasi ini malah makin menurun. Adanya mahasiswa yang seperti tahun 98 dibutuhkan pada saat era reformasi ini agar pemerintah dalam artian paham mengenai perasaan kemampuan masyarakat di negeri kita ini bagaimana, jadi mereka para penduduk di kursi tinggi harus berpikir dengan secara realistis logika yang di mana sekarang kita lagi pada masa pandemi jangan jadikan alasan penghalang untuk menjadi kritis, karena mahasiswa itu harus beropini sehingga menyimpulkan satu ide yang cemerlang agar pertumbuhan dalam aspek apa aja bisa meningkat secara perlahan-lahan.

Saat ini pun banyak yang sudah lupa soal mahasiswa berani opini, sebelum itu memang ada tahapan untuk memperdalam memperkuat sebuah opini dengan cara seperti literasi, generasi muda jama sekarang pun malas baca buku di slang kegiatan yang sangat sibuk. Padahal baca buku sangat penting karena pepatah pernah bilang " pergilah mencari ilmu hingga sampai negeri Cina". dari kata pepatah ini kita bisa mengambil kesimpulan untuk mencari topik konflik di Indonesia gak hanya dari satu sisi saja, tetapi serap semua ilmu yang kita dapat sehingga kita berwawasan luas agar kita bisa beropini atau kritik untuk tujuan menyejahterakan masyarakat.

Langkah beropini diharapkan bisa menjadi suatu pendirian yang akan terus dilakukan, karena masa-masa yang di mana mahasiswa selalu berpikir kritis sangat kangen pada masa itu, semoga para generasi muda penerus bangsa akan menjadi kunci membawa nama negeri Indonesia lebih berkemajuan banyak wawasan dalam bercakap opini atau memberikan orasi di suatu demo untuk meneggakkan keadilan.

Lalu juga untuk berdialektika sangat penting digaungkan untuk mencapai integritas yang di mana para generasi bangsa sadar akan permasalahan nyata di negeri kita. Seandainya apabila ada andragogi diajarkan, maka hal tersebut akan memperluas kosa kata para generasi muda untuk menyampaikan pendapat di laman digital ataupun kajian diskusi.

Eskalasi generasi bangsa yang berpikir kritis sudah sangat jarang bahkan mulai menurun setiap tahunnya dikarenakan faktor mengikuti arus zaman yang serba gaya-gayaan di platform digital. sedangkan masalah negara kita ini tidak dikompromi kan maka ini sudah terlihat jelas disparitas antara tahun 98 dengan sekarang apabila itu dijadikan contoh. Kapan akan bangkit negara kita apabila para generasi muda masih leha-leha tidak mempedulikan masalah negara ini, apabila masih seperti ini maka tidak akan disegani oleh mata dunia, yang ada kita malah dicaci maki seperti kita tinggal di sini masa mau oligarki pemerintah terus ditegakkan padahal di dalam nya terdapat kesalahan yang membuat masyarakat tidak sejahtera.

Jadi kita itu sebenarnya bisa menciptakan generasi emas yang unggul dalam intelektualitas, kritis, dan berkemauan. Sekarang Indonesia serba ketinggalan, jadi kita juga harus mengubah pola pikir yang awalnya tidak peduli menjadi sadar bahwa kita dahulu tidak seperti ini. maka berubahlah para generasi kunci bangsa Indonesia demi berdikari negara untuk makin berkemajuan dalam mengaplikasikan konflik-konflik negara yang telah berkecamuk.

Dimas Rahmat Naufal W

Mahasiswa Administrasi Publik

KADER IMM FISIP

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image