Senin 21 Mar 2022 19:16 WIB

Benarkah Sesajen Pawang Hujan Kalahkan Tehnologi Rekayasa Cuaca?

Selain pawang hujan, TMC juga bekerja keras melakukan rekayasa cuaca.

Rep: Sadewo/ Red: Partner
pawang hujan.
pawang hujan.

Pawang hujan di<a href= MotoGP Mandalika 2022." />
Pawang hujan di MotoGP Mandalika 2022.

JAKARTA –- Persoalan pawang hujan di MotoGP Mandalika menjadi pembicaraan yang hangat di media sosial. Sekalipun sebenarnya isu ini muncul tak lepas dari problem pilihan politik dari kekuatan yang pro-kontra kadrun dan cebong.

Perdebatannya pun tak jauh-jauh dari masalah aksi yang diakukan pawang hujan Rara Istiati Wulandari. Aksi Rara disebut sebagai kunci sukses berhentinya hujan. Artinya ritual doa dengan menggunakan sesajen ini yang membuat hujan berhenti.

Tapi ada pula yang berpandangan rekayasa cuaca yang dilakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), yang membuat cuaca terkendali sehingga balapan berlangsung dengan sukses. Artinya sukses pawang hujan hanya kebetulan saja, karena TMC lah yang melakukan rekayasa cuaca.

Namun terlepas dari pawang hujan ataupun rekayasa cuaca TMC, semua sepakat bahwa hujan takkan berhenti, jika Allah memang tidak berkehendak. Allah-lah yang berkehendak atas berhentinya hujan.

Perdebatan lain adalah terkait dengan pihak yang menyebut praktik syirik dalam penyelenggaraan MotoGP Mandalika. Namun ada pula yang memaknai hal tersebut sebagai kearifan lokal yang harus dihormati.

Selain adanya pawang hujan yang melakukan ritual memindahkan hujan, ternyata ada juga rekayasa cuaca yang dilakukan dengan tehnologi. Menurut situs Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TMC merupakan salah satu upaya untuk memodifikasi cuaca dengan tujuan tertentu agar mendapatkan kondisi cuaca yang diinginkan. Hasil akhir dari TMC bisa berupa peningkatkan atau penurunan intensitas curah hujan di suatu tempat.

Koordinator Lab Pengelolaan TMC Budi Harsoyo mengatakan aplikasi TMC lebih banyak digunakan untuk menambah curah hujan. Ini berfungsi untuk mengelola sumber daya air di sejumlah waduk atau danau strategis, misalnya di Waduk Saguling, Jawa Barat untuk kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Namun, TMC juga digunakan dalam acara-acara tertentu yang berguna untuk mengurangi curah hujan atau mengeliminasi suatu lokasi agar curah hujan yang ada bisa berkurang. Contoh penggunaan TMC untuk suatu acara, seperti di Sirkuit MotoGP Mandalika.

Secara umum, ada dua metode yang digunakan untuk mengaplikasikan TMC di Indonesia. Pertama menggunakan metode dinamis dengan pesawat. Ada dua bahan semai yang digunakan, yaitu bahan semai bubuk atau powder seperti yang digunakan di Mandalika dan bahan semai flare atau suar yang dibakar.

Metode lain yang digunakan adalah metode statis dengan wahana Ground Based Generator (GBG) dan bahan semai flare. Metode statis digunakan untuk di daerah yang memiliki topografi tinggi yang bertujuan untuk pemanfaatan awan yang tumbuh di sekitar gunung.

Budi menambahkan, ketika TMC digunakan dalam acara, itu tidak menggeser awan tetapi mempercepat terjadinya hujan yang bisa dipantau dari data radar. Misal, ada awan yang bergerak ke arah Mandalika, pihaknya akan segera melakukan eksekusi penyemaian supaya awan itu jatuh menjadi hujuan terlebih dulu di luar Mandalika.

penulis: meiliza laveda/joko sadewo

Video Pawang Hujan Rara Istiati Mengaku Bisa Menggerakkan Awan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement