Rabu 23 Mar 2022 12:40 WIB

IMF Terapkan Langkah Manajemen Krisis untuk Ukraina

IMF segera menanggapi permintaan dana darurat Ukraina sebesar 1,4 miliar dolar AS

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Managing Director IMF, Kristalina Georgieva.
Foto: AP Photo/Alessandra Tarantino
Managing Director IMF, Kristalina Georgieva.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) menerapkan langkah-langkah manajemen krisis terbaik untuk mencegah keruntuhan ekonomi Ukraina. Managing Director IMF, Kristalina Georgieva, pada Selasa (22/3/2022) mengatakan, sangat penting untuk menjaga agar sistem keuangan di Ukraina tetap berjalan.

"Uang itu penting, tetapi dukungan untuk menjaga agar sistem keuangan berfungsi sama pentingnya. Kehancuran ekonomi Ukraina menghancurkan hati saya. Kami kemungkinan akan melihat penyusutan menjadi sepertiga dari apa yang terjadi sebelum perang," kata Georgieva, dilansir Anadolu Agency, Rabu (23/3/2022).

Baca Juga

Georgieva mengatakan, IMF segera menanggapi permintaan Ukraina sebesar 1,4 miliar dolar AS dalam dana darurat. Dana ini bertujuan untuk menjaga negara tetap berfungsi, mendukung orang-orang yang rentan, serta mengamankan air dan listrik di daerah yang terkena dampak perang.

Georgieva mengatakan, perang Rusia-Ukraina terjadi pada saat ekonomi dunia belum pulih dari krisis yang disebabkan oleh pandemi virus corona. "Yang kami perjuangkan adalah pertumbuhan (ekonomi global) naik, dan inflasi turun. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Pertumbuhan turun, inflasi naik," katanya. 

Georgieva mengatakan, IMF menilai dampak perang dan sanksi di berbagai belahan dunia sesuai kategori negara.

Georgieva mengatakan kategori pertama, dampak perang menimpa negara-negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Rusia dan Ukraina. Negara-negara tersebut memiliki ekonomi yang relatif lemah, dan bergantung pada perdagangan.

Kemudian kategori kedua, negara penerima pengungsi yang naik menjadi 3,3 juta orang. Kategori ketiga adalah negara-negara yang bergantung pada impor energi dan makanan dari Rusia dan Ukraina.

"Energi yang lebih tinggi dan harga pangan yang lebih tinggi mengakibatkan kehancuran. Kami mendorong negara-negara untuk mengarahkan sedikit ruang kebijakan yang mereka miliki kepada mereka yang paling rentan," ujar Georgieva.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement