Rabu 23 Mar 2022 18:55 WIB

Muslim Rohingya Menyambut Gembira Pengakuan AS Adanya Genosida di Myanmar

Muslim Rohingya berharap komunitas internasional menindak militer Myanmar.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Rohingya tiba di Desa Thae Chaung, Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Rabu (21/11). Muslim Rohingya Menyambut Gembira Pengakuan AS Adanya Genosida di Myanmar
Foto: Nyunt Win/EPA EFE
Muslim Rohingya tiba di Desa Thae Chaung, Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Rabu (21/11). Muslim Rohingya Menyambut Gembira Pengakuan AS Adanya Genosida di Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, BURMA -- Pengungsi Rohingya di Bangladesh menyambut baik pengakuan resmi Amerika Serikat yang menyatakan rezim militer Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas Muslim. Menurut mereka, militer Myanmar telah memulai penyiksaan sejak 1962, tepatnya 60 tahun lalu. 

“Kami sangat senang atas deklarasi genosida; banyak, terima kasih banyak,” kata Sala Uddin (60 tahun) di sebuah kamp di Bangladesh kepada The Associated Press, dilansir di VOA, Rabu (23/3/2022).

Baca Juga

Melalui deklarasi AS ini, pengungsi Rohingya berharap komunitas internasional dapat segera mengambil tindakan terhadap militer Myanmar. Mereka juga berterima kasih terhadap AS dan akan selalu mengingat deklarasi AS tentang genosida Rohingya.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Senin (21/3/2022) mengumumkan keputusan Washington untuk mengakui kekejaman terhadap Muslim Rohingya di tangan rezim militer di Myanmar, sebuah negara yang juga dikenal sebagai Burma. Deklarasi resmi genosida hanya pernyataan kedelapan yang pernah dibuat oleh pemerintah AS setelah bertahun-tahun penyelidikan dan peninjauan.

“Amerika Serikat menyimpulkan  militer Burma melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap Rohingya," kata Blinken dalam pidatonya di Museum Peringatan Holocaust AS di Washington, yang disediakan Pusat Pencegahan Genosida Simon-Skjodt, sumber utama yang menginformasikan analisis hukum yang mengarah pada keputusan Departemen Luar Negeri.

Min Aung Hlaing, yang merupakan kepala militer pada 2016 dan 2017 dan yang telah memimpin pemerintahan sejak kudeta Februari 2021 disebutkan dalam pidato Blinken. Deklarasi Senin mengatakan angkatan bersenjata di bawah komando langsung Min Aung Hlaing bertanggung jawab atas pembunuhan lebih dari 9.000 Rohingya dan memaksa 840 ribu lainnya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh selama dua tahun.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement