Kamis 24 Mar 2022 12:01 WIB

Laporan WHO Sebut 64 Serangan Targetkan Fasilitas Kesehatan di Ukraina

Hampir tujuh juta orang Ukraina telah mengungsi dalam satu bulan perang.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Orang-orang memeriksa kerusakan setelah penembakan sebuah pusat perbelanjaan, di Kyiv, Ukraina, Senin, 21 Maret 2022. Delapan orang tewas dalam serangan itu.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Orang-orang memeriksa kerusakan setelah penembakan sebuah pusat perbelanjaan, di Kyiv, Ukraina, Senin, 21 Maret 2022. Delapan orang tewas dalam serangan itu.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memverifikasi 64 kasus serangan terhadap fasilitas perawatan kesehatan di Ukraina antara 24 Februari dan 21 Maret, Kamis (24/3/2022). Serangan tersebut mengakibatkan 15 kematian dan 37 korban luka-luka.

Tekanan telah meningkat pada para profesional medis dan sukarelawan dari Ukraina dan luar negeri untuk menjaga sistem perawatan kesehatan tetap berjalan, sejak dimulainya invasi Rusia. Hampir tujuh juta orang Ukraina telah mengungsi dalam satu bulan perang. Menurut WHO, satu dari tiga dari mereka menderita kondisi kesehatan kronis.

Baca Juga

Keterbatasan akses ke obat-obatan, fasilitas kesehatan, dan staf di Ukraina semakin menekan perawatan berkelanjutan untuk kondisi kronis. WHO mengatakan, setengah dari apotek negara itu diperkirakan ditutup.

Perang juga berdampak pada vaksinasi Covid-19 dan imunisasi rutin di Ukraina. Antara 24 Februari hingga 15 Maret, vaksin Covid-19 diberikan kepada 175.000 orang, dibandingkan dengan setidaknya 50.000 vaksinasi per hari sebelum invasi Rusia.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa pekan lalu mengatakan pengungsi dari Ukraina harus mendapatkan vaksin Covid-19 lengkap dan dosis booster, jika mereka tidak memiliki bukti inokulasi sebelumnya.

Konflik yang dimulai pada 24 Februari ini telah menyebabkan lebih dari 3,6 juta pengungsi melarikan diri dari Ukraina. Operasi khusus ini pun telah menyebabkan isolasi ekonomi Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya karena sanksi dari berbagai negara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement