Jumat 25 Mar 2022 13:13 WIB

Tips Cegah Ketularan TB, Termasuk di Masa Pandemi Covid-19

Kasus Covid-19 menghambat proses tracing dan pemeriksaan TB.

Red: Reiny Dwinanda
Warga menunjukkan hasil rontgen paru-paru miliknya di Jakarta. Orang-orang yang mempunyai gejala infeksi saluran napas, maka perlu dilakukan evaluasi ke arah TB maupun Covid-19.
Foto: Nova Wahyudi
Warga menunjukkan hasil rontgen paru-paru miliknya di Jakarta. Orang-orang yang mempunyai gejala infeksi saluran napas, maka perlu dilakukan evaluasi ke arah TB maupun Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis paru di RS Universitas Indonesia, Dr dr RR Diah Handayani SpP(K) mengatakan, kasus tuberkulosis (TB) tetap ada di masa pandemi Covid-19. Ia menganjurkan masyarakat untuk menerapkan kebersihan tangan sebagai salah satu upaya mencegah terkena TB.

"Tips pencegahan dan pengendalian infeksi TB dan Covid-19 yaitu menerapkan kebersihan tangan, menerapkan etika batuk, memakai masker, menjaga jarak dengan orang yang sehat, serta membatasi aktivitas di luar ruangan," kata dia melalui siaran pers RSUI, Jumat (25/3/2022).

Baca Juga

Diah menuturkan, untuk orang-orang yang mempunyai gejala infeksi saluran napas, maka perlu dilakukan evaluasi ke arah TB maupun Covid-19. Pasien TB yang terdiagnosis Covid-19 dirawat di ruang isolasi Covid-19 tetap mengonsumsi obat TB bersama dengan obat untuk Covid-19.

"Pasien juga tetap melakukan pengobatan dan kontrol melalui telemedicine, terutama pasien dengan komorbid, harus dikendalikan dengan baik," tutur dia.

Di sisi lain, menurut Diah, investigasi kontak serumah untuk PCR SARS CoV-2 dan gejala TB dengan TCM (Tes Cepat Molekuler) juga tak kalah penting agar penyebaran infeksi dapat diminimalisasi. Diah mencatat, selama pandemi Covid-19, terjadi penurunan jumlah kasus terdeteksi yang berbanding terbalik dengan data kasus kematian akibat TB.

Kasus Covid-19 menghambat proses tracing dan pemeriksaan TB. TCM yang biasanya digunakan untuk pemeriksaan TB, digunakan untuk pemeriksaan Covid-19.

Padahal, kasus TB yang tidak diobati dapat meningkatkan ancaman kematian dan kejadian TB Resisten Obat (TB-RO). Terkait TB Resisten Obat (TB-RO), sebuah studi yang Diah lakukan terhadap enam pasien TB-RO, menunjukkan, hanya satu pasien tanpa anggota keluarga di rumah yang terinfeksi karena pemisahan ruangan pasien di rumah tersebut.

Sementara lima pasien lainnya, sekitar lebih dari 50 persen anggota keluarganya yang terinfeksi TB karena tidak ada pemisahan ruangan dengan pasien. Seseorang bisa menderita penyakit TB-RO jika imunitasnya saat itu sedang turun sehingga, risiko penularan TB pada kontak erat meningkat.

Berdasarkan data di tahun 2020, diketahui faktor risiko TB di Indonesia didominasi kejadian malnutrisi dan kemudian menyusul perilaku merokok. Data menunjukkan, angka kematian TB di Indonesia mencapai 200 orang per hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement