Sabtu 26 Mar 2022 12:27 WIB

Big Data Expert Continuum: 92 Persen Warganet Twitter tak Setuju Wacana Tunda Pemilu

Analisis media sosial dilakukan pada 2-9 Maret 2022 dari total 76.362 perbincangan.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Andri Saubani
Peserta penyadang disabilitas mengikuti simulasi pemungutan dan penghitungan suara dengan desain surat suara dan formulir yang disederhanakan untuk pemilu tahun 2024 di Halaman Kantor KPU, Jakarta, Selasa (22/3/2022). Penyelenggaraan simulasi ini dalam rangka mempersiapkan dan menyukseskan pemilu 2024 secara maksimal.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Peserta penyadang disabilitas mengikuti simulasi pemungutan dan penghitungan suara dengan desain surat suara dan formulir yang disederhanakan untuk pemilu tahun 2024 di Halaman Kantor KPU, Jakarta, Selasa (22/3/2022). Penyelenggaraan simulasi ini dalam rangka mempersiapkan dan menyukseskan pemilu 2024 secara maksimal.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Big Data Expert Continuum Data Indonesia, Omar Abdillah, mengatakan, 79,5 persen netizen atau warganet di Twitter memberikan respons negatif terhadap wacana penundaan pemilu. Hal itu berdasarkan analisis media sosial terkait tunda pemilu pada 2-8 Maret 2022 dari total 76.362 perbincangan.

"Di sini hampir 80 persen itu memberikan respons negatif terkait wacana tunda pemilu," ujar Omar dalam diskusi daring bertajuk Membaca Arah Politik Dibalik Penundaan Pemilu pada Sabtu (26/3).

Baca Juga

Namun, netizen yang memberikan sentimen negatif itu belum tentu setuju atau tidak setuju atas wacana penundaan pemilu. Namun, ketika dirinci lebih lanjut hasilnya justru lebih ekstrem lagi, terdapat 92 persen netizen tidak setuju atas wacana penundaan pemilu tersebut.

"Lebih ekstrem lagi proporsinya, jadi 92 persen orang itu menyatakan tidak setuju akan wacana penundaan pemilu," kata dia.

Dia menjelaskan, pengguna Twitter lebih kritis dibandingkan pengguna media sosial lainnya. Netizen di Twitter dinilai lebih memiliki perspektif lain atas fenomena yang berkembang di masyarakat.

Isu penundaan Pemilu 2024 memang menarik minat dan perhatian banyak orang, termasuk mereka yang memiliki kekhawatiran tersendiri. Banyak pula aktivis, jurnalis, dan mantan jurnalis yang menyuarakan argumen mengenai wacana penundaan pemilu tersebut.

Kemudian, Omar memerinci, 88 persen perbincangan mengandung emosi marah dan takut atas wacana penundaan pemilu. Dalam artian terdapat kata-kata atau kalimat yang menyatakan kemarahan atas isu tunda pemilu yang berkaitan juga dengan isu perpanjangan masa jabatan presiden, oligarki, dan sebagainya, yang mendominasi perbincangan di media sosial.

Selain itu, 45 persen perbincangan mengaitkan wacana tunda pemilu kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kemudian, tokoh-tokoh yang juga dikaitkan dengan wacana penundaan pemilu berikutnya ialah Luhut Binsar Pandjaitan, Zulkifli Hasan, Muhaimin Iskandar, Airlangga Hartarto, Megawati Soekarnoputri, Yusril Ihza Mahendra, Prabowo Subianto, dan Agus Harimurti Yudhoyono.

Omar menjelaskan, netizen lebih banyak mengaitkan wacana tunda pemilu karena topik perbincangan utamanya ialah meminta Jokowi menanggapi wacana penundaan pemilu dengan klarifikasi atau pernyataan. Sebab, muncul pandangan yang mengartikan diamnya Jokowi adalah sikap setujunya atas wacana tunda pemilu.

Selain itu, Jokowi dikaitkan juga karena topik perbincangan yang mengemuka ialah dukung Jokowi tiga periode. Namun, topik ini lebih sedikit dibicarakan dibandingkan topik publik tolak penundaan pemilu dan usulan tunda pemilu merupakan bagian dari demokrasi.

Sementara, alasan warganet juga mengaitkannya dengan Luhut karena topik perbincangannya yaitu apakah Luhut dalang dibalik penundaan pemilu. Pada saat itu, perbincangan wacana tunda pemilu yang mengaitkan Luhut bukan karena klaimnya mengenai big data aspirasi masyarakat yang ingin pemilu ditunda, tetapi pertemuannya dengan ketua umum partai politik yang membicarakan wacana penundaan pemilu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement