Senin 28 Mar 2022 04:00 WIB

Petani Kedelai: Harga Bagus, Minat Menanam Makin Tinggi

Sebab, dengan tingkat harga saat ini, petani mulai menikmati keuntungan usaha.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Petani sedang memanen kedelai. Harga kedelai lokal yang perlahan mengalami kenaikan membuat petani kembali melirik kedelai sebagai pilihan usaha.
Foto: Humas Balitbangtang.
Petani sedang memanen kedelai. Harga kedelai lokal yang perlahan mengalami kenaikan membuat petani kembali melirik kedelai sebagai pilihan usaha.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga kedelai lokal yang perlahan mengalami kenaikan membuat petani kembali melirik kedelai sebagai pilihan usaha.

Sebab, dengan tingkat harga saat ini, petani mulai menikmati keuntungan dari usaha tani. Meski demikian, petani masih membutuhkan jaminan pasar.

Baca Juga

Salah satu petani kedelai sekaligus Kepala Desa Cibulan, Kecamatan Cidahu, Kuningan, Jawa Barat, Iwan, mengatakan, saat ini harga kedelai di tingkat petani sudah di kisaran Rp 9 ribu-Rp 10 ribu per kg.

Menurutnya, tingkat harga itu sudah jauh lebih tinggi dari pertama kali ia mulai membudidayakan kedelai pada 2018 lalu di mana harga masih sekitar Rp 5.500 hingga Rp 6 ribu per kg.

"Harga sekarang petani sudah untung, dulu harga terlalu rendah, murah banget," kata Iwan saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (27/3/2022).

Ia mengatakan, semula hanya ada 25 petani yang membudidayakan kedelai dengan total luasan sekitar 25 hektare. Kini, ada sekitar 225 petani yang membudidayakan kedelai. Masing-masing memiliki luasan berbeda sesuai kemampuan finansial.

Kendati demikian, Iwan mengakui, produktivitas kedelai di tempatnya masih rendah yakni sekitar 1,2 ton per hektare (ha). Dengan tingkat produktivitas itu, rata-rata pendapatan dalam satu kali musim panen mencapai Rp 12 juta. Rendahnya produktivita situ salah satunya karena penanaman kedelai juga menggunakan lahan bekas galian pasir yang tidak produktif selama 20 tahun.

Iwan mengatakan, menanam jagung memang lebih untung, minat untuk tetap menanam kedelai adalah dukungan petani agar swasembada dapat dicapai. "Saat ini, hasil kedelai kita juga digunakan kembali mejadi benih, ini sudah dua tahun berjalan. Lalu sisanya diarahkan untuk olahan seperti tahu tempe, dodol, pukis, brownies, hingga susu kedelai," kata dia.

Ia pun berharap agar Bulog dapat menyerap kedelai lokal. Apalagi, pemerintah saat ini telah menetapkan program subsidi kedelai untuk perajin tahu tempe di mana Bulog ditugaskan untuk melakukan penyerapan dan menjualnya kembali dengan harga yang telah disubsdi.

"Sangat bagus kalau Bulog mau menyerap karena ada jaminan pasar, apalagi kalau dibeli dengan harga Rp 9 ribu-Rp 10 ribu per kg," kata Iwan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement