REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sahabat Rasulullah ﷺ, Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu bukan lah orang yang ambisius terkait dengan kekuasaan.

Dikutip dari buku Hasan dan Husain the Untold Story karya Sayyid Hasan al-Husaini, Abu Bakar ash-Shiddiq adalah Sahabat yang sangat zuhud. Dia tidak pernah berambisi untuk memikul tanggung jawab sebagai khalifah. Hal itu terlihat jelas dari alasan mengapa mau menerima tanggung jawab tersebut.

Dalam khutbah pertamanya, Abu Bakar menyatakan: “Demi Allah, aku tidak pernah berharap memikul tanggung jawab ini, sama sekali, meski sehari ataupun semalam. Aku juga tidak pernah memohon jabatan itu kepada Allah, baik saat bersama orang-orang maupun saat sendirian. Hanya saja, aku khawatir akan terjadi kekacauan jika tidak ada pemimpin. Sejujurnya, hatiku gelisah ketika harus memikul amanah tersebut. Namun kini, aku dibebani hal besar yang tidak mampu aku pikul selain dengan pertolongan-Nya.” (Mustadarak al-Hakim)

Abu Bakar memberikan kebebasan kepada siapa pun untuk menolak dirinya, asalkan orang itu mau bersumpah. Dia mengatakan: “Wahai semua yang hadir! Siapa pun di antara kalian yang menyesal telah membaiatku, silakan pergi.”

Ali bin Abi Thalib pun berdiri lalu mendatangi Abu Bakar sambil menenteng pedang. Dengan salah satu kakinya di tangga mimbar dan kaki lainnya di tanah, dia berkata: “Demi Allah, kami tidak akan mencopot engkau dengan paksa ataupun sukarela. Siapa yang berani melakukan itu, sementara Rasulullah ﷺ telah menunjuk engkau menjadi imam!” (Tarikh Dimasyq)

Berdasarkan sejumlah riwayat yang shahih, Ali ikut membaiat Abu Bakar sejak pertama masa kekhalifahannya. (Mustadarak al-hakim)