Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image lbi

Mengenal Efek Buruk Sabu ke Tubuh Penggunanya

Info Terkini | Wednesday, 30 Mar 2022, 16:48 WIB

Sabu, atau dikenal pula dengan sebutan metamfetamin termasuk narkotika yang benar-benar adiktif. Tampilannya berupa kristal putih, tak berbau, dengan rasa pahit. Sabu adalah narkotika nomor dua yang paling banyak dikonsumsi para pecandu di Indonesia. Mungkin belum banyak yang tahu bagaimana efek sabu ke tubuh penggunanya.

Ilustrasi sabu

Suhu Tubuh Meningkat

Segera konsultasikan masalah penyalahgunaan sabu Anda ke pusat rehabilitasi narkoba Ashefa Griya Pusaka.

Sabu yang dikonsumsi bisa menaikkan suhu tubuh. Sama seperti ekstasi, menggunakan sabu di ruangan yang hangat dan berventilasi buruk dan kemudian menari selama berjam-jam dapat menyebabkan panas tubuh berlebih. Overheating sangat berbahaya dan sulit untuk diobati. Berusaha untuk menenangkan diri, beristirahat dan minum cukup air (satu gelas per jam) diperlukan untuk mencegah panas tubuh berlebih itu. Lebih baik lagi minum pelepas dahaga isotonik.

Mabuk

Sabu dapat memberi efek samping yang tidak menyenangkan seperti kelelahan, insomnia, dan perasaan depresi. Sabu menghabiskan persediaan energi penggunanya. Di hari-hari berikutnya, pemakai sabu terkadang pengguna pun mengonsumsi ganja, alkohol, atau obat penenang untuk menghilangkan perasaan tidak enak itu. Itu tidak membantu. Setelah zat-zat itu hilang, perasaan mabuk itu kembali.

Jantung dan Pembuluh Darah

Konsumsi sabu akan memberi banyak tekanan pada jantung dan pembuluh darah. Aritmia jantung, serangan jantung, dan pendarahan otak dapat terjadi, terutama jika sabu digunakan dalam kombinasi dengan aktivitas fisik yang berat. Jika pengguna meningkatkan dosis sabu yang dikonsumsinya maka tekanan darah bisa naik ke tingkat yang berbahaya. Ini adalah risiko bagi orang-orang dengan masalah jantung. Pada dosis tinggi, aritmia jantung juga dapat terjadi.

Penurunan Berat Badan

Sabu akan menghambat nafsu makan, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan. Namun, sabu bukanlah solusi untuk penurunan berat badan yang sehat sebab pada saat yang sama, tekanan darah akan naik. Jika pengguna berhenti memakai sabu maka mereka akan menjadi sangat lapar.

Kerusakan Gigi

Sabu akan meningkatkan ketegangan di rahang dan pengguna biasa menggertakkan gigi mereka. Pengguna juga menghasilkan lebih sedikit air liur, yang berarti gigi dibersihkan dengan kurang baik.

Keluhan Psikologis

Beberapa pengguna mungkin mengalami perasaan depresi. Semakin sering dan semakin banyak sabu digunakan, semakin besar kemungkinan seseorang akan merasa tertekan dalam jangka panjang. Selain itu, terdapat keluhan seperti perasaan tidak sadar, cemas, konsentrasi berkurang, kelelahan, rasa shock di kepala, kesemutan, kedutan otot, gangguan penglihatan dan vertigo.

Depresi

Setelah sabu digunakan, pengguna sering merasa down dan tertekan untuk hari-hari berikutnya. Setelah penggunaan jangka panjang, pengguna juga bisa berakhir dalam depresi ketika mereka berhenti.

Psikosis

Penggunaan jangka panjang atau dosis sabu yang sangat tinggi dapat menyebabkan psikosis sementara. Psikosis permanen hanya dapat terjadi pada orang yang peka terhadapnya. Setelah penggunaan jangka panjang, pengguna menjadi gelisah dan jengkel. Mereka menderita insomnia, penurunan berat badan dan menjadi semakin terisolasi secara sosial. Paranoia (perasaan dihantui) dan serangan panik bisa juga terjadi. Memiliki zat halusinogen yang memungkinkan juga mengalami halusinasi seperti melihat, merasakan, dan mendengar hal-hal yang tidak ada. Pengguna merasa bahwa serangga merayap di bawah kulitnya. Terkadang kulit digaruk hingga berdarah.

Kerusakan Otak

Penelitian telah menunjukkan bahwa metamfetamin dapat merusak saraf. Juga telah ditunjukkan pada hewan laboratorium bahwa penyuntikan setiap hari dengan amfetamin, terutama metamfetamin, dapat merusak sel-sel saraf yang mengandung dopamin untuk sementara. Amfetamin dapat mempengaruhi saraf yang mengandung dopamin dan serotonin. Dopamin dan serotonin adalah bahan kimia alami yang dihasilkan otak. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa saraf yang mengandung dopamin dan serotonin benar-benar habis setelah overdosis amfetamin. Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa penggunaan amfetamin jangka panjang menyebabkan perubahan aliran darah di otak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image