Kamis 31 Mar 2022 19:17 WIB

KPP UI Gelar Seminar Pengembangan Perkotaan Bertajuk IKN, City of Future, What's Next?

Diskusi seputar Ibu Kota Nusantara (IKN) kian riuh seperti cendawan di musim hujan.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Endro Yuwanto
Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) bersama Kajian Pengembangan Perkotaan (KPP) UI menggelar Seminar Pengembangan Perkotaan bertajuk
Foto: Republika/Rusdy Nurdiansyah.
Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) bersama Kajian Pengembangan Perkotaan (KPP) UI menggelar Seminar Pengembangan Perkotaan bertajuk "IKN, City of Culture, What's Next?" di Kampus UI Salemba, Jakarta, Kamis (31/3/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) bersama Himpunan Mahasiswa Kajian Pengembangan Perkotaan (HIMA KPP) UI menggelar Seminar Pengembangan Perkotaan bertajuk "IKN, City of Culture, What's Next?" Seminar berlangsung di Kampus UI Salemba, Jakarta, Kamis (31/3/2022).

"Diskusi seputar Ibu Kota Negara (IKN) semakin riuh seperti cendawan di musim hujan. Pro-kontra wacana para politisi, aktivis, hingga netizen menjadi konsumsi publik di media sosial (medsos). Menolak lupa esensi seraya menanggalkan polemik sensasi, Mahasiswa KPP UI menggelar seminar hibrid bertajuk IKN, City of Future, What’s Next?" ujar ketua panitia seminar, mahasiswa KPP UI yang juga Bupati Minahasa Utara, Joune Ganda, Kamis.

Menurut Joune, sejatinya seminar ini adalah bagian dari pembelajaran di SKSG UI yang bercorak multidisiplin. Seminar ini, lanjut dia, adalah mimbar akademik bagi sivitas akademika, khususnya mahasiswa KPP UI untuk berdialektika dalam ruang publik. "Penegasannya yakni bahwa dialektika konstruktif berorientasi solusi menjadi demonstrasi mahasiswa dalam koridor kajian ilmiah," jelasnya.

Direktur SKSG UI Athor Subroto Ph.D menyampaikan bahwa SKSG UI senantiasa memfasilitasi proses-proses kreatif dan berpikir yang kritis untuk mewujudkan ilmu baru bersifat strategis dalam menghadapi tantangan global. "Proses kreatif yang kritis dibutuhkan dan pastinya akan kami fasilitasi. Semoga seminar ini dapat menjadi masukan yang konstruktif bagi penyelenggara perkotaan," terangnya.

Seminar ini menghadirkan narasumber ahli, yaitu Ketua Komite Tetap Pembinaan dan Pengembangan Konstruksi, Kadin Indonesia Ir. Desiderius Viby Indrayana, M.M., M.T., IPU, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Ir. Diana Kusumastuti, MT, Bagian Hukum Staf Kepresidenan Pokja IKN Ade Irfan Pulungan SH, dan guru besar SKSG UI Prof. Ir. Gunawan Tjahjono, M.Arch, Ph.D, serta tiga mahasiswa KPP UI sebagai penanggap, yakni anggota DPR RI, Suryadi Jaya Purnama, anggota DPRD DKI Jakarta, Abdul Aziz, dan Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono.

"Kegiatan seminar hibrid ini menjadi rangkaian kegiatan perayaan Dies Natalis Kajian Pengembangan Perkotaan ke-21," ujar Dr Lin Yola, selaku dosen pembimbing KPP UI.

IKN Nusantara menjadi kanvas besar yang memadukan tiga konsep perkotaan, yakni forest city, sponge city, dan smart city. "Perencanaan IKN relevan dengan konsep berkelanjutan untuk harmonisasi ekologi alam, lingkungan terbangun dan sistem sosial," papar Ketua HIMA KPP Dyah Nawang Ratnasari, selaku moderator yang membuka jalannya seminar.

Mahasiswa KPP UI sebagai penanggap yakni anggota DPR RI, Suryadi Jaya Purnama mengatakan, masalah konflik Rusia dan Ukraina yang kian memuncak berpotensi mengganggu stabilitas pasar energi. "Mencermati kondisi geopolitik, pemerintah dan pelaku usaha perlu memitigasi risiko kenaikan biaya pembangunan IKN akibat inflasi harga barang material konstruksi karena gangguan rantai pasok global sebagai imbas perang Rusia-Ukraina," terangnya.

Anggota DPRD DKI Jakarta, Abdul Aziz menanggapi sebaiknya Indonesia belajar dari Brasil, Rio de Janeiro sebagai ibu kota lama tetap menjadi pusat pertumbuhan utama di negaranya, melampaui wilayah lainnya di negara tersebut.

"Jakarta harus bergegas menyusun revisi UU Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta sebagal Ibu Kota NKRI. Kemudian secara holistik membuat konsep mewujudkan Jakarta sebagai kota global dunia bersanding dengan Singapura," kata Aziz.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Depok yang juga mahasiswa KPP Ul, Imam Budi Hartono menegaskan, masyarakat Jabodetabek harus menguatkan kohesi sosial guna menghadirkan kota ideal yang memiliki tiga keunggulan, yaitu interkonektivitas tinggi, ruang teras yang aktif atau active frontage dan ruang terbuka umum atau public open space. "Akademisi dapat mengambil peran kritis kajian pengembangan perkotaan berbasis riset," pungkas Imam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement