Jumat 01 Apr 2022 17:34 WIB

Metaverse Diprediksi Bisa Efektif di Indonesia Tiga Tahun Lagi

Mayoritas kecepatan jaringan internet masyarakat Indonesia kisaran 10 Mbps.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Presiden Forum Alumni Universitas Telkom (FAST), Sri Safitri.
Foto: istimewa
Presiden Forum Alumni Universitas Telkom (FAST), Sri Safitri.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Layanan Metaverse di Indonesia diperkirakan bisa efektif digunakan masyarakat Indonesia dalam tiga tahun ke depan (2025). Yakni, dengan memberi pengalaman baru sisi kustomer setelah memenuhi sejumlah kebutuhan lapangan. 

Menurut Presiden Forum Alumni Universitas Telkom (FAST), Sri Safitri, prediksi tersebut merujuk sejumlah kalkulasi realistis. Kata dia, layanan efektif Metaverse akan bergantung seberapa isu bidang infrastruktur, peranti keras, dan regulasi bisa diselesaikan di Indonesia.

"Jika sisi-sisi ini belum bisa ditangani, maka use case Metaverse tidak bisa dalam waktu dekat dilaksanakan," ujar Sri Safitri dalam siniar Webinar Metaverse dan NFT: Aspek Hukum, Bisnis, dan Teknologi, yang diselenggarakan oleh Heylaw.id, baru-baru ini. 

Sri Safitri yang juga menjabat Deputy Executive Vice President CX & Digitization PT Telkom ini mencontohkan, mayoritas kecepatan jaringan internet masyarakat Indonesia  kisaran 10 Mbps. Sebuah angka yang masih harus ditingkatkan lagi untuk layanan Metaverse yang mulus dan memberikan pengalaman pelanggan yang baik. 

Selain itu, kata Uni Safitri, sapaannya, tujuh fundasi layanan pun belum semuanya matang dan mapan menyokong Metaverse. Yakni perangkat keras, komputer, networking, 

platform virtual, interchange tools & standards, serta layanan pembayaran dan konten. 

"Jangan lupakan pula isu keamanan, potensi serangan siber akan muncul, bahkan dalam bentuk yang belum pernah ada. Privasi pun akan dicari-cari celahnya oleh kriminil, karena kelak Metaverse ini seperti honeypot. Sarang madu baru yang akan dikerubungi dan jadi target utama," paparnya.

Begitu juga,jika sudah mulus diberikan, maka akan terdapat sisi menarik yang perlu diperhatikan dari sisi pengalaman pelanggan. Antara lain perusahaan penyedia akan lebih mampu kenali generasi Z dan milenial, akan mudah melihat historis perjalanan kustomer, serta bisa eksplorasi dan tingkatkan kepuasan pengalaman pelanggan dari sisi MR (Mixed Reality), AR (Augmented Reality), dan VR (Virtual Reality). 

"Ini pun agar pengalaman maksimal, jangan terlalu terburu-buru karena kita perlu identifikasi, tes, dan cek dulu atribut pelanggan. Perusahaan perlu navigasi customer journey lebih lanjut, termasuk mencari paduan kebutuhan masyarakat akan Metaverse yang tetap dipadukan kebutuhan fisikal mereka," paparnya. 

Perusahaan, kata dia, bahkan bisa melihat seberapa lama mata pelanggan menatap iklan yang ada di layanan Metaverse. Sehingga, peluang monetisasi dan komersialisasi layanan juga meningkat drastis. 

Guru Besar Kecerdasan Buatan Telkom University Suyanto mengatakan, kampusnya sedang mengembangkan Metaverse berbasis Automated Explained Artificial Intelegence yang diperkirakan titik sempurna layanannya baru terjadi pada 2030 mendatang. 

"Teknologi kami ini masuk generasi ke-4 dengan menggunakan pendekatan white box, yakni akurasi tidak tinggi tapi segalanya bisa dijelaskan ke semua pihak. Data besar dan data kecil masuk ke teknologi berbasis mesin dengan output paremeter otomatis, termasuk membuka peluang masyarakat ikut kembangkan coding-nya," paparnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement