Senin 04 Apr 2022 15:49 WIB

Ikadi Minta Dai Sampaikan Dakwah Bangkitkan Optimisme Masyarakat

Seorang dai juga harus tahu apa yang dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Jamaah mendengarkan ceramah khotib saat ibadah shalat Jumat di tenda Masjid At-Tabayyun di Perumahan Taman Villa Meruya, Meruya, Jakarta Barat, Jumat (27/8). Ikadi Minta Dai Sampaikan Dakwah Bangkitkan Optimisme Masyarakat
Foto: Republika/Thoudy Badai
Jamaah mendengarkan ceramah khotib saat ibadah shalat Jumat di tenda Masjid At-Tabayyun di Perumahan Taman Villa Meruya, Meruya, Jakarta Barat, Jumat (27/8). Ikadi Minta Dai Sampaikan Dakwah Bangkitkan Optimisme Masyarakat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Ahmad Kusyairi Suhail menyampaikan ada beberapa tema penting dan relevan yang perlu diangkat oleh para dai selama Ramadhan ini. Salah satunya ialah tema yang membangkitkan optimisme di tengah masyarakat.

"Seorang dai juga harus tahu apa yang dibutuhkan masyarakat untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya adalah tema yang memotivasi dan menyemangati masyarakat untuk bangkit dan optimistis menghadapi berbagai macam keadaan yang mendera hidup mereka," ujar dia kepada Republika.co.id, Senin (4/4/2022).

Baca Juga

Terlebih, ujian saat ini tidak hanya pandemi yang belum berhenti total, tetapi juga naiknya harga-harga kebutuhan pokok. Keadaan ini tentu memengaruhi suasana kebatinan masyarakat sehingga penting bagi seorang dai menyampaikan pesan dakwah tentang optimisme dan prasangka baik kepada Allah SWT. "Bahwa apapun yang terjadi pada hidup kita adalah selalu baik jika disikapi dengan prasangka baik. Karena apa yang kita prasangkakan, maka itulah yang terjadi dalam hidup kita. Kalau kita selalu berbaik sangka kepada Allah SWT, maka kebaikanlah yang terjadi. Kalau berprasangka buruk maka keburukan yang terjadi," ujar dia.

Dalam hadits qudsi, Allah SWT berfirman, "Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan." (HR Thabrani dan Ibnu Hibban)

Materi lain yang juga penting disampaikan, yaitu soal persatuan umat Muslim. Dia menjelaskan, saat ini salah satu penyakit dan masalah yang sering dihadapi adalah munculnya perpecahan dan mudah marah terhadap sesama anak bangsa.

"Maka perlu kita angkat pentingnya ukhuwah, persatuan dan kesatuan. Ini adalah materi yang tentu masih terus relevan. Penting kita ingatkan bahwa orang beriman itu bersaudara, maka persaudaraan harus terus diperkokoh, karena inilah yang bisa menyelamatkan bangsa," ujarnya.

Menurut Kusyairi, Ramadhan merupakan momentum untuk memperkuat persatuan dan kesatuan. Sebab, ibadah puasa tidak pandang bulu dan berlaku untuk umat Muslim. Dari mana pun ormasnya, atau apapun partainya, ketika mendengar firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 183, maka orang yang beriman taat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

"Ini hebatnya persatuan dan kesatuan yang begitu kuat untuk merespons firman Allah SWT. Sholat tarawih juga sama, ramai-ramai ke masjid, tidak melihat golongan, ormasnya maupun partainya," ucapnya.

Tema selanjutnya yang tak kalah penting untuk terus disampaikan ialah tentang ketahanan keluarga. Kusyairi menuturkan, negara yang kuat berawal dari keluarga yang kuat. Dia mengingatkan, keluarga adalah tema yang selalu mendapat perhatian di dalam Alquran.

"Karena kalau keluarga kita kuat dan taat, maka pasti akan menopang kekuatan dan kemajuan bangsa dan negara," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement