Selasa 05 Apr 2022 18:56 WIB

Serangan Terhadap Migran Rusia dan Ukraina Meningkat di Jerman

Sejak akhir Februari terdapat 308 pelanggaran anti-Rusia yang dicatat oleh polisi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Seorang sukarelawan berbaju merah membantu para pengungsi dari Ukraina setelah mereka tiba di stasiun kereta utama di Berlin, Jerman, Rabu, 16 Maret 2022. Perang Ukraina telah mengubah ruang bawah tanah stasiun kereta api utama kaca dan baja Berlin menjadi sebuah kota pengungsi yang luas di mana pasukan kecil sukarelawan dengan rompi kuning dan oranye menawarkan segalanya mulai dari sampo hingga pengisi daya ponsel hingga pengungsi yang kelelahan. Masuk di latar belakang berbunyi: Stasiun Utama Berlin.
Foto: AP/Markus Schreiber
Seorang sukarelawan berbaju merah membantu para pengungsi dari Ukraina setelah mereka tiba di stasiun kereta utama di Berlin, Jerman, Rabu, 16 Maret 2022. Perang Ukraina telah mengubah ruang bawah tanah stasiun kereta api utama kaca dan baja Berlin menjadi sebuah kota pengungsi yang luas di mana pasukan kecil sukarelawan dengan rompi kuning dan oranye menawarkan segalanya mulai dari sampo hingga pengisi daya ponsel hingga pengungsi yang kelelahan. Masuk di latar belakang berbunyi: Stasiun Utama Berlin.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Serangan terhadap migran Rusia dan Ukraina di Jerman telah meningkat, sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina. Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser pada Selasa (5/4/2022) mengatakan kepada surat kabar Neue Osnabruecker Zeitung, sejak akhir Februari terdapat 308 pelanggaran anti-Rusia yang dicatat oleh polisi, termasuk 15 tindakan kekerasan.

"Pelanggaran terhadap Rusia dan fasilitas Rusia sedang meningkat," kata Faeser.

Baca Juga

Sekitar 250 ribu migran kelahiran Rusia dan 150 ribu orang yang lahir di Ukraina tinggal di Jerman, sebelum Presiden Vladmir Putin memerintahkan operasi militer ke Ukraina pada 24 Februari. Operasi militer Rusia telah mendorong lebih dari 300 ribu orang Ukraina melarikan diri ke Jerman.  

Faeser mengatakan, serangan terhadap warga Ukraina juga meningkat. Sejak akhir Februari, terdapat 109 pelanggaran, termasuk 13 tindakan kekerasan seperti melukai tubuh. Kebanyakan pelanggaran adalah kerusakan properti, penghinaan dan ancaman verbal.

"Konflik ini seharusnya tidak dibiarkan menyusup ke dalam masyarakat. Kita harus mengingatkan orang-orang bahwa ini adalah perang kriminal Putin. Ini bukan perang orang-orang dengan akar Rusia yang tinggal di sini, di Jerman," kata Faeser. 

Jerman telah memutuskan untuk mengusir puluhan diplomat Rusia sebagai tanggapan atas kejahatan perang yang dilakukan di Ukraina. Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock mengatakan, Jerman telah mengambil langkah ini untuk menunjukkan sikapnya terhadap invasi Rusia, terutama menyusul laporan kekejaman yang dilakukan di kota Bucha, Ukraina.

“Pemerintah Federal telah memutuskan untuk menyatakan sebagian besar staf Kedutaan Besar Rusia sebagai persona non grata. Pekerjaan Anda adalah ancaman bagi mereka yang mencari perlindungan bersama kami.  Kami tidak akan mentolerir ini lagi.  Kami telah memberitahukan hal ini kepada duta besar Rusia. Kami juga akan mengambil tindakan lebih lanjut bersama dengan mitra kami," kata Baerbock, dilansir Anadolu Agency.

Kementerian Luar Negeri Jerman tidak mengumumkan jumlah pasti diplomat Rusia yang telah dinyatakan persona nongrata. Tetapi kantor berita Jerman, DPA melaporkan bahwa pemerintah telah memerintahkan pengusiran terhadap 40 diplomat Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Senin (4/4/2022) mengunjungi Bucha. Sebelumnya pasukan Ukraina dilaporkan menemukan jasad warga sipil, menyusul penarikan pasukan Rusia. Pada Ahad (3/4/2022), Jaksa Agung Ukraina, Iryna Venediktova, mengatakan, sebanyak 410 jasad warga sipil ditemukan di sejumlah daerah. 

Amerika Serikat dan Eropa menambah sanksi ke Rusia usai Ukraina menemukan kuburan massal dan jenazah dengan tangan terikat di Kota Bucha. Kota ini berhasil dikuasai kembali oleh pasukan Ukraina, setelah pasukan Rusia mundur untuk memfokuskan serangan di bagian timur negara itu.

Kremlin membantah setiap tuduhan atas pembunuhan warga sipil termasuk di Bucha. Moskow bersikeras kuburan massal dan jenazah-jenazah merupakan rekayasa Ukraina untuk memperburuk citra Rusia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement