Rabu 06 Apr 2022 12:32 WIB

Waspada, Konsumsi Pemanis Buatan Dikaitkan dengan Risiko Kanker

Pemanis buatan bisa meningkatkan risiko kanker hingga 13 persen.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Pemanis buatan bisa meningkatkan risiko kanker hingga 13 persen (Foto: ilustrasi minuman mengandung pemanis buatan)
Foto: Flickr
Pemanis buatan bisa meningkatkan risiko kanker hingga 13 persen (Foto: ilustrasi minuman mengandung pemanis buatan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada baiknya lebih bijak saat mengonsumsi produk makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan. Pasalnya, sebuah studi observasional baru berskala besar menemukan hubungan antara konsumsi pemanis buatan dengan risiko kanker.

Menurut studi, konsumsi pemanis buatan dalam jumlah besar (terutama aspartam dan acesulfame-K) meningkatkan risiko terkena kanker sebesar 13 persen. Kemungkinan jenis kanker tertinggi yang bisa menyerang adalah kanker payudara dan kanker yang terkait dengan obesitas.

Baca Juga

Terlepas dari kemungkinan bahaya itu, pasar pemanis buatan di seluruh dunia diperkirakan mencapai 22,2 miliar dolar AS (setara dengan Rp 318,4 triliun). Studi 2017 menemukan bahwa 41,4 persen orang dewasa dan 25,1 persen anak-anak di Amerika Serikat mengonsumsi pemanis buatan dalam beragam produk komersial.

Otoritas dan organisasi medis yang dihormati saat ini menganggap pemanis buatan aman setelah penelitian epidemiologi yang ekstensif dengan populasi manusia. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) juga telah menyetujui enam zat dari golongan pemanis buatan aman dikonsumsi manusia pada tingkat asupan harian.

Hasil studi terkini telah diterbitkan dalam jurnal PLOS Medicine. Profesor Biologi di Institut Schiller untuk Sains Terpadu dan Masyarakat Boston College, Philip Landrigan, yang tidak terlibat dalam penelitian mengemukakan alasan mengapa studi tersebut sangat penting.

"Ada bukti kuat karsinogenisitas aspartam dari penelitian pada hewan, tetapi tidak ada konfirmasi epidemiologis yang kuat sampai sekarang. Untuk itu, penelitian ini sangat penting dan berimplikasi besar bagi kesehatan masyarakat," kata Landrigan, dikutip dari Medical News Today, Rabu (6/4/2022).

Landrigan yang merupakan seorang dokter anak sekaligus menjabat sebagai Direktur Program Kesehatan Masyarakat Global dan Observatorium Polusi Global tetap menyoroti bahaya di baliknya. "Yang terutama menjadi perhatian saya sebagai dokter anak adalah fakta bahwa dalam penelitian pada hewan, bahkan dosis aspartam yang sangat rendah dalam makanan tikus betina hamil sangat karsinogenik pada keturunannya," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement