Kamis 07 Apr 2022 10:21 WIB

5.000 Warga Mariupol Telah Tewas Akibat Serangan Rusia

Dari ribuan korban tewas di Mariupol, sebanyak 210 adalah anak-anak.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan gedung apartemen yang terbakar dan hancur di Mariupol, Ukraina Selasa, 22 Maret 2022.
Foto: Maxar Technologies via AP
Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan gedung apartemen yang terbakar dan hancur di Mariupol, Ukraina Selasa, 22 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, ANDRIIVKA -- Wali Kota kota pelabuhan Mariupol Vadym Boichenko menyebutkan, jumlah warga sipil yang meninggal di wilayah itu lebih dari 5.000 pada Rabu (6/4/2022). Ukraina mencoba mengumpulkan bukti kekejaman Rusia di pinggiran Kiev yang hancur.

Boichenko mengatakan, warga sipil itu meninggal dunia karena digempur bom dan bertarung di jalanan selama berpekan-pekan. Dari ribuan korban, sebanyak 210 adalah anak-anak.

Baca Juga

Menurut Boichenko, pasukan Rusia membom rumah sakit, termasuk satu rumah sakit dengan korban 50 orang terbakar sampai mati. Dia mengatakan, lebih dari 90 persen  infrastruktur kota telah hancur. Serangan terhadap kota strategis selatan di Laut Azov telah memutus makanan, air, bahan bakar dan obat-obatan serta menghancurkan rumah dan bisnis.

Selain itu, lebih banyak mayat belum dikumpulkan di Bucha. Laporan Associated Press menyatakan, melihat dua mayat di sebuah rumah di lingkungan yang sepi. Dari waktu ke waktu ada ledakan dari pekerja yang membersihkan kota dari ranjau dan persenjataan lain yang tidak meledak.

Sedangkan di sebuah pemakaman di kota Bucha, para pekerja mulai memuat lebih dari 60 mayat yang tampaknya dikumpulkan selama beberapa hari terakhir ke dalam truk pengiriman bahan makanan. Mayat tersebut diangkut ke fasilitas untuk penyelidikan lebih lanjut.

Polisi mengatakan mereka menemukan sedikitnya 20 mayat di daerah Makariv sebelah barat Kiev. Di desa Andriivka, penduduk mengatakan Rusia tiba pada awal Maret dan mengambil telepon penduduk setempat. Beberapa orang ditahan, kemudian dibebaskan.

Sedangkan yang lain mengalami nasib yang tidak diketahui. Beberapa lainnya menggambarkan berlindung selama berpekan-pekan di ruang bawah tanah yang biasanya digunakan untuk menyimpan sayuran untuk musim dingin.

Istana Kremlin tegas menyatakan pasukannya tidak melakukan kejahatan perang, menuduh bahwa gambar dari Bucha dibuat-buat oleh Ukraina. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov informasi palsu di Bucha membuat pembicaraan damai semakin sulit.

Sedangkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, rekaman video yang menunjukkan mayat warga sipil bergeletakan di kota Bucha pasca pasukan Rusia mundur merupakan serangan berita palsu. Dia menegaskan, gambaran tersebut bertujuan meningkatkan sentimen anti-Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement