KH Jeje: Ramadhan Membawa Keberkahan

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agung Sasongko

Kamis 07 Apr 2022 12:34 WIB

Ilustrasi Ramadhan Foto: dok. Republika Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Jeje Zaenudin mengatakan, Ramadhan datang membawa kabar bahagia bagi orang-orang beriman. Ramdahan datang ditandai dengan dibukanya pintu pintu surga dan dikuncinya pintu-pintu neraka serta dibelenggunya setan. 

Hal ini kata KH Jeje, yang juga sebagai Wakil Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) hal ini sebagaimana disebutkan secara eksplisit dari hadits Nabi yang sahih:

Baca Juga

"Jika datang bulan Ramadhan, pintu pintu surga dibukakan, pintu pintu neraka dikunci, dan syetan dibelenggu". (Hadits riwayat Bukhari - Muslim).

"Makna dibukanya pintu surga, dikuncinya pintu neraka, dan dibelenggunya setan, dapat dipahami secara tekstual bahwa memang surga dan neraka keduanya sudah ada dan karena keberkahan bulan Ramadhan hanya pintu surga yang dibuka, sementara pintu neraka ditutup dan syetan terbelenggu," kata KH Jeje saat dihubungi Republika, Kamis (7/4/2022). 

KH Jeje mengatakan, hadits itu juga bisa bermakna bahwa demikian besarnya nilai keagungan dalam Ramadhan. Ramadhan mampu memberi getaran energi kebaikan kepada orang-orang beriman. 

"Di mana seluruh orang-orang beriman bangkit antusiasme dan semangatnya untuk berbuat kebaikan dan amal saleh.  Serta meredup nafsu keburukannya untuk melakukan kemaksiatan," katanya.

Sehingga, kata KH Jeje, peluang untuk menjadi para penghuni surga lebih terbuka lebar ketimbang menjadi penghuni neraka. Dalam antusias kebaikan dan semangat kesalehan itulah maka tipudaya dan makar setan pada orang beriman menjadi terbelenggu.

"Keterbukaan pintu surga  dan ketertutupan pintu neraka berlangsung sepanjang bulan Ramadhan dari awal sampai akhir," katanya.

Walaupun katanya, ada sebuah hadits yang menerangkan bahwa bulan Ramadhan itu awalnya rahmat, pertengahannya magfirah, dan akhinya pembebasan dari neraka. KH Jeje menegaskan bahwa hadits tersebut lemah dan tidak bisa dipertanggungjawabkan keshahihannya.

"Namun validitas hadits tersebut diragukan kesahahihannya oleh para pakar hadits," katanya.