Kamis 07 Apr 2022 22:36 WIB

Kemenkes Pastikan Terus Pantau Varian Baru Covid-19

Kemenkes tetap lanjutkan testing dan tracing untuk pantau varian Omicron

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi memastikan subtipe baru dari varian Omicron yang ditemukan di Cina belum masuk ke Indonesia. Meski demikian, Nadia meminta masyarakat tetap perlu waspada, terlebih pemerintah kini telah melonggarkan sejumlah aturan, termasuk diperbolehkannya mudik Hari Raya Idul Fitri 2022.
Foto: Istimewa
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi memastikan subtipe baru dari varian Omicron yang ditemukan di Cina belum masuk ke Indonesia. Meski demikian, Nadia meminta masyarakat tetap perlu waspada, terlebih pemerintah kini telah melonggarkan sejumlah aturan, termasuk diperbolehkannya mudik Hari Raya Idul Fitri 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi memastikan subtipe baru dari varian Omicron yang ditemukan di Cina belum masuk ke Indonesia. Meski demikian, Nadia meminta masyarakat tetap perlu waspada, terlebih pemerintah kini telah melonggarkan sejumlah aturan, termasuk diperbolehkannya mudik Hari Raya Idul Fitri 2022.

"Subtipe ini belum terdeteksi. Varian ini bagian Omicron namun bentuk pita genetiknya berbeda," ujar Nadia kepada Republika, Kamis (7/4).

Nadia memastikan pihaknya akan terus mengantisipasi masuknya varian baru Covid-19. Sejumlah langkah pun terus dilakukan, di antaranya mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, terutama memakai masker.

Kemudian tetap menjalankan testing (pemeriksaan) dan tracing (penelusuran) Covid-19. Hal terpenting lainnya adalah perluasan cakupan vaksinasi Covid-19.

"Apapun variannyaa metodenya prokes, 5M, 3T , vaksinasi. Nah kita beruntung punya booster itu harus didorong masyarakat mau segera booster," tegas Nadia.

Nadia menambahkan, saat ini tantangan terbesar di Indonesia, ini adalah kegiatan mudik Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 2022. Mobilitas besar ini tentunya akan berbeda dengan Inggris kan tidak ada kegiatan yang mobilisasi besar.

"Ini artinya yang harus kita waspadai dengan memperhatikan kondisi negara lain, serta yang terjadi di kita. Ini merupakan pelonggaran pertama yang cukup memiliki tantangan yang besar, di mana masyarakat yang mudik diprediksi bisa sampai dua kali lipat, 80 juta orang," kata Nadia.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai potensi lonjakan kasus COVID-19 akibat subtipe tersebut selalu ada. Namun, kemungkingan tidak akan memicu lonjakan kasus yang besar. Ia meminta pemerintah dan masyarakat tetap harus mewaspadai dampak subtipe varian tersebut terhadap kelompok rentan lansia dan komorbid.

"Karena dengan kemampuan yang lebih cepat menular daripada varian BA. 2 kemudian juga karena kita tahu sekitar 20 persen penduduk kita ini masih belum memiliki antibodi, nerutama belum mendapatkan vaksinasi dan itu bila menimpa kelompok lansia atau komorbid itu berbahaya,"

Dicky menegaskan penerapan 3T, protokol kesehatan 5M serta akselerasi vaksinasi sangat penting dalam mencegah penularan varian baru Covid-19 tersebut saat masa mudik lebaran. Dicky mengatakan, mutasi varian baru yang lebih cepat menyebar harus diimbangi dengan jangkauan vaksinasi yang lebih luas serta berbagai kebijakan pengendalian dan pencegahan.

"Atas dasar itulah, saya berprinsip lebih baik melakukan upaya mitigasi, dan sikap kehati-hatian," ujarnya.

Sebelumnya, Cina kembali melaporkan bahwa pejabat kesehatan di negara tersebut mulai mendeteksi subtipe baru dari varian omicron. Menurut laporan utama, subtipe baru itu tidak cocok dengan laporan sebelumnya yang menyebabkan virus corona di China maupun yang dikirimkan ke GISAID.

Dikutip dari laman The Health Site, para ahli telah menyatakan subtipe varian baru ini diyakini telah berevolusi dari strain BA.1.1 dari varian Omicron. Subtipe baru yang ditemukan di China ini juga disebut tidak terkait dengan 'XE' mutan COVID-19 baru dari varian Omicron yang diperingatkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement