Rabu 13 Apr 2022 09:05 WIB

Biden Sebut Putin Lakukan Genosida

Biden untuk pertama kalinya menyebut invasi Rusia di Ukraina sebagai genosida.

Rep: Dwina Agustin / Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk pertama kalinya menyebut invasi Rusia di Ukraina sebagai genosida.
Foto: AP/Carolyn Kaster
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk pertama kalinya menyebut invasi Rusia di Ukraina sebagai genosida.

REPUBLIKA.CO.ID, MENLO -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk pertama kalinya menyebut invasi Rusia di Ukraina sebagai genosida. Tuduhan itu disampaikan ketika berbicara di Iowa pada sebuah acara tentang langkah-langkah yang diambil pemerintahannya untuk menahan kenaikan biaya bahan bakar karena perang pada Selasa (23/4/2022).

Biden tidak secara langsung menyatakan Rusia melakukan kekejaman itu terhadap warga sipil Ukraina. Namun, ujarannya terlihat merujuk kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.

Baca Juga

"Anggaran keluarga Anda, kemampuan Anda untuk mengisi tangki Anda, tidak ada yang harus bergantung pada apakah seorang diktator menyatakan perang dan melakukan genosida di belahan dunia lain," ujar Biden.

Biden sebelumnya telah menyatakan bahwa tidak percaya tindakan Rusia sama dengan genosida, seperti yang dikatakan pejabat pemerintah Ukraina. Dia lebih memilih menggunakan istilah tindakan serangan ke Ukraina sebagai kejahatan perang.

Serang terhadap Putin juga dilakukan oleh Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier. Dia mengatakan tidak akan memulihkan hubungan sebelumnya dengan Rusia selama Putin berkuasa.

“Satu hal yang jelas: kembali normal tidak mungkin dengan Rusia di bawah Putin,” kata Steinmeier,

Ancaman itu disampaikan ketika mengunjungi Warsawa pada Selasa. Steinmeier berbicara dengan Presiden Polandia Andrzej Duda tentang mendukung perjuangan Ukraina dan membantu jutaan pengungsi yang melarikan diri dari perang.

"Kebiadaban yang kita lihat setiap hari ini harus dihentikan. Ini hanya bisa terjadi jika Presiden Putin memerintahkan pasukannya untuk berhenti dan saya percaya bahwa hanya dengan begitu pembicaraan (gencatan senjata) bisa berhasil," kata Steinmeier.

Menurut Steinmeier kejahatan perang di Ukraina harus diselidiki. "Mereka yang melakukannya dan mereka yang bertanggung jawab secara politik harus dimintai pertanggungjawaban," katanya.

Steinmeier pekan lalu mengakui kesalahan dalam kebijakan terhadap Rusia dalam pekerjaan tingkat tinggi sebelumnya. Ketika itu Jerman melakukan dialog dengan Putin dan memupuk hubungan energi yang erat.

Steinmeier menjabat sebagai kepala staf mantan Kanselir Gerhard Schroeder dan Menteri Luar Negeri era Angela Merkel. Schroeder sekarang adalah kepala dewan direksi raksasa minyak negara Rusia Rosneft.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement