Senin 02 May 2022 13:11 WIB

Pangeran Ottoman Abdulmecid II: Seniman, Musisi dan Khalifah Terakhir Islam

Parlemen Turki menghapus sisa-sisa terakhir kekuasaan Utsmaniyah pada 1924.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Sosok Abdulmecid atau Abdul Majid II adalah seorang pianis, pemain celo berbakat, dan seorang seniman yang menyukai melukis. Tapi pencapaian terbesar dan paling terkenalnya adalah dia menjadi khalifah Muslim terakhir yang diakui secara resmi. Foto Abdulmecid II di singgasananya pada 1923.
Foto: Library of Congress
Sosok Abdulmecid atau Abdul Majid II adalah seorang pianis, pemain celo berbakat, dan seorang seniman yang menyukai melukis. Tapi pencapaian terbesar dan paling terkenalnya adalah dia menjadi khalifah Muslim terakhir yang diakui secara resmi. Foto Abdulmecid II di singgasananya pada 1923.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sosok Abdulmecid atau Abdul Majid II adalah seorang pianis, pemain celo berbakat, dan seorang seniman yang menyukai melukis. Tapi pencapaian terbesar dan paling terkenalnya adalah dia menjadi khalifah Muslim terakhir yang diakui secara resmi.

Ketika parlemen Republik Turki menghapus sisa-sisa terakhir kekuasaan Utsmaniyah pada 1924, mereka melucuti gelar Abdul Majid. Mengakhiri sebuah institusi besar yang didirikan oleh sahabat dan penerus Nabi Muhammad, Abu Bakar. Pribadi Abdul Majid dapat dilihat di Museum Sakip Sabanci di Istanbul yang sedang mengadakan pameran yang bertujuan menyoroti kehidupan dan karya-karya shahzade (pangeran) Ottoman. 

Baca Juga

Berlangsung hingga 1 Mei dan bertajuk The Prince's Extraordinary World: Abdulmecid Efendi, pameran ini menampilkan 60 lukisan karya sang pangeran dan 300 dokumen sejarah yang berkaitan dengan kehidupannya. Koleksi tersebut dipamerkan kepada publik untuk pertama kalinya sejak kematian sang pangeran di Paris pada 1944. 

Karya-karya ini menunjukkan sintesis budaya Eropa dan Islam yang berhasil diciptakan oleh Ottoman pada akhir abad ke-19. Dalam banyak hal, Abdul Majid menunjukkan perpaduan budaya lewat pakaiannya. 

Biasanya ia berpakaian seperti monsieur Prancis, dengan fez yang ditempatkan secara agung menandakan akar Ottomannya. Dia adalah pria yang nyaman di tengah-tengah aristokrasi Eropa saat dia menjadi pewaris kekhalifahan Islam terakhir.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement