Kamis 14 Apr 2022 14:09 WIB

Empat Presiden Negara Tetangga Rusia Kunjungi Ukraina

Empat presiden mendukung Ukraina secara politik dan dengan bantuan militer

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Presiden Polandia Andrzej Duda. Empat presiden mendukung Ukraina secara politik dan dengan bantuan militer. Ilustrasi.
Foto: AP/Andreea Alexandru
Presiden Polandia Andrzej Duda. Empat presiden mendukung Ukraina secara politik dan dengan bantuan militer. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Empat presiden negara tetangga dekat Rusia mengunjungi Ukraina pada Rabu (13/4/2022). Mereka yang berkunjung adalah Presiden Polandia Andrzej Duda, Presiden Lithuania Gitanas Nauseda, Presiden Latvia Egils Levits, dan Presiden Estonia Alar Karis.

Tampil bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di ruang hiasan di Istana Mariinskyi yang bersejarah di Kiev pada Rabu, Nauseda, Karis, Duda, dan Levits menegaskan kembali komitmen mereka untuk mendukung Ukraina secara politik dan dengan bantuan militer. "Kami tahu sejarah ini. Kami tahu apa arti pendudukan Rusia. Kami tahu apa arti terorisme Rusia," kata Duda.

Baca Juga

Duda menambahkan bahwa mereka yang melakukan kejahatan perang dan yang memberi perintah harus bertanggung jawab. "Jika seseorang mengirim pesawat, jika seseorang mengirim pasukan untuk menembaki distrik permukiman, membunuh warga sipil, membunuh mereka, ini bukan perang. Ini kekejaman, ini bandit, ini terorisme," ujarnya.

Kunjungan itu merupakan wujud solidaritas yang kuat dari negara-negara di sayap timur NATO. Bahkan, tiga negara di antaranya seperti Ukraina, pernah menjadi bagian dari Uni Soviet.

Para pemimpin negara itu melakukan perjalanan dengan kereta api ke ibukota Ukraina. Mereka pun mengunjungi Borodyanka, salah satu kota terdekat yang akan menunjukkan bukti setelah pasukan Rusia mundur untuk fokus di timur negara itu.

"Perjuangan untuk masa depan Eropa sedang terjadi di sini,” kata Nauseda menyerukan sanksi yang lebih keras, termasuk terhadap pengiriman minyak dan gas Rusia dan semua bank negara itu.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah membantah pasukannya melakukan kekejaman. Dia mengatakan Moskow tidak punya pilihan lain selain menyerang dan akan melanjutkan sampai penyelesaian penuh dan pemenuhan tugas yang telah ditetapkan.

Putin pun bersikeras bahwa serangan Rusia akan terus berlanjut seperti yang direncanakan. Rencana itu akan tetap berjalan meskipun penarikan besar-besaran setelah pasukannya gagal mengambil ibukota.

Pasukan Rusia sekarang bersiap untuk serangan besar-besaran di wilayah Donbas timur, dengan separatis sekutu Rusia dan pasukan Ukraina telah bertempur sejak 2014. Bagian penting dari operasi militer khusus Rusia adalah Mariupol, yang terletak di Donbas dan yang telah dihancurkan Rusia sejak hampir dimulainya perang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement