Nuzulul Quran dan Perintah Membaca

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil

Jumat 15 Apr 2022 16:51 WIB

 Nuzulul Quran dan Perintah Membaca. Foto:  Alquran (ilustrasi) Foto: Dok Republika Nuzulul Quran dan Perintah Membaca. Foto: Alquran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Alquran diturunkan 13 tahun sebelum peristiwa hijrahnya nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Alquran diturunkan pada bulan Ramadhan. Pakar Tafsir Alquran yang juga kepala Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama RI, KH Mukhlis Muhammad Hanafie mengatakan Allah SWT memperkenalkan Ramadhan sebagai bulan turunnya Alquran. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah: 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ…

Baca Juga

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) ….. (Alquran surat Al Baqarah ayat 185).

Bahkan menurut Kiai Mukhlis seluruh kitab suci yang Allah turunkan kepada nabi dan rasul diturunkan pada bulan Ramadhan. Turunnya Alquran di bulan Ramadhan membuat bulan tersebut mempunyai kemuliaan dan keagungan dibanding bulan-bulan lainnya,

Lebih lanjut kiai Mukhlis menjelaskan saat Ramadhan Rasulullah ﷺ setiap malam di bulan Ramadhan dijumpai malaikat Jibril. Rasul bertadarus Alquran dengan malaikat Jibril. Menurut kiai Mukhlis, tadarus yang dimaksud bukan sekedar membaca atau tilawah tetapi ada proses interaksi antara rasul dengan malaikat Jibril. Para ulama terdahulu dan para wali Allah juga memiliki kebiasaan dekat dengan Alquran di bulan Ramadhan. 

Kiai Mukhlis menjelaskan kendati para ulama sepakat bahwa Alquran turun di bulan Ramadhan, tetapi terdapat perbedaan pendapat prihal cara dan waktu turunnya Alquran. Sebagian ulama berpendapat bahwa Alquran diturunkan dalam dua tahap, yakni tahap turunnya Alquran dari Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah atau langit dunia dirurunkan sekaligus, dan tahal Alquran diturunkan dari Baitul Izzah ke Rasulullah secara bertahap atau berangsur-angsur selama 23 tahun. 

Ulama yang berpendapat demikian membedakan penggunaan kata anzala, unzila dan anzalna dengan kata nazala. Mereka berpendapat anzala, unzila dan anzalna bermakna sesuatu yang turun sekaligus, sedang nazzalna bermakna sesuatu yang turun berangsur-angsur.  Sementara sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa Alquran itu turunnya berangsur-angsur dari Lauhil Mahfudz ke Nabi Muhammad ﷺ tanpa terlebih dulu ke Baitul Izzah. Namun terlepas dari cara dan waktu turunnya Alquran, menurut kiai Mukhlis turunnya Alquran telah membuka mata dunia tentang pentingnya ilmu pengetahuan. 

"Lima ayat yang pertama turun di gua hira itu menunjukan apresiasi Alquran yang luar biasa terhadap ilmu pengetahuan. 

Maka sejatinya umat islam, umat alquran, itu adalah umat yang maju dibidang ilmu pengetahuan," kata kiai Mukhlis dalam pengajian tematik tafsir Alquran Masjid Istiqlal Jakarta pada Jumat (15/4). 

Kiai Mukhlis mengatakan pada lima ayat yang diturunkan pertama kali pada nabi Muhammad SAW terdapat kata iqra yang terulang dua kali, kemudian ada juga kata al'ilm dengan berbagai perubahannya yang terulang tiga kali, dan terdapat juga kata alqolam. Apresiasi Alquran pada ilmu pengetahuan tidak hanya tergambar pada lima ayat di awal surat Al Alaq, tetapi juga ayat lainnya dalam Alquran berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Misalnya saja kata 'ilmu dengan berbagai perubahannya yang terulang dalam Alquran tak kurang dari delapan ratus kali. Dalam Alquran juga tak kurang terdapat 750 ayat yang mengandung isyarat ilmiah. Seperti terkait dengan astronomi, biologi dan lainnya.

Menurut kiai Mukhlis kata iqra mengandung makna menghimpun, mencermati, menganalisis. Para ulama tafsir berpendapat bahwa objek dari iqra bersifat umum. Artinya setiap manusia diperintahkan untuk membaca seluruh ilmu. 

"Dengan menyebutkan bismirabbika, itu artinya kita diperintahkan untuk membaca apa saja tanda-tanda alam semesta ini yang diharapkan dapat menjaga kelangsungan hidup kita. Jadi ilmu yang diperintahkan untuk dicari itu tidak terbatas pada ilmu ilmu keagamaan. Tetapi ilmu-ilmu yang bisa menjaga kelangsungan hidup kita, memelihara keutuhan kita, kejiwaan kita, maka disini ilmu sosiologi, astronomi itu juga diperintahkan untuk dipelajari," katanya.