Selasa 19 Apr 2022 09:17 WIB

Houthi Berhenti Gunakan Anak-Anak Sebagai Pasukan

PBB mengatakan hampir 3.500 anak diverifikasi telah direkrut dalam perang Yaman

Rep: Dwina agustin/ Red: Friska Yolandha
Dalam arsip foto 30 Juli 2018 ini, seorang anak laki-laki berusia 17 tahun memegang senjatanya di bendungan tinggi di Marib, Yaman. Pemberontak Houthi telah setuju untuk membebaskan barisan tentara anak-anak mereka, yang telah bertempur oleh ribuan orang selama tujuh tahun perang saudara di negara itu, kata PBB Senin, 18 April 2022.
Foto: AP Photo/Nariman El-Mofty
Dalam arsip foto 30 Juli 2018 ini, seorang anak laki-laki berusia 17 tahun memegang senjatanya di bendungan tinggi di Marib, Yaman. Pemberontak Houthi telah setuju untuk membebaskan barisan tentara anak-anak mereka, yang telah bertempur oleh ribuan orang selama tujuh tahun perang saudara di negara itu, kata PBB Senin, 18 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, kelompok Houthi Yaman telah setuju untuk membebaskan barisan pasukan yang terdiri dari anak-anak, Senin (18/4/2022). Ribuan pasukan anak-anak ini telah ikut bertempur selama tujuh tahun perang saudara di negara itu.

Houthi menandatangani rencana aksi untuk mengakhiri dan mencegah perekrutan atau penggunaan anak-anak dalam konflik bersenjata. Kelompok ini pun sepakat tidak akan membunuh atau melukai anak-anak serta menyerang sekolah dan rumah sakit dalam waktu enam bulan.

Baca Juga

Salah satu diplomat senior Houthi, Abdul Eluh Hajar, menandatangani perjanjian tersebut. Perwakilan dari badan anak-anak PBB dengan pejabat Houthi mengumumkan secara secara resmi dengan menandai perjanjian di ibukota Yaman, Sanaa. Houthi menyebut tindakan ini sebagai rencana untuk melindungi anak-anak.

PBB menyatakan, kesepakatan terbaru dengan Houthi ini merupakan langkah lanjutan yang sebelumnya telah terjadi dengan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional yang beroperasi di pengasingan. PBB dan pemerintah Yaman membuat komitmen serupa dalam beberapa dokumen yang ditandatangani sejak 2014.

Pejabat tinggi PBB yang mengawasi anak-anak di zona perang Virginia Gamba menyebut langkah Houthi sebagai langkah positif dan menggembirakan. Namun, dia mencatat bahwa bagian tersulit dari perjalanan baru saja dimulai.

"Rencana aksi harus dilaksanakan sepenuhnya dan mengarah pada tindakan nyata untuk peningkatan perlindungan anak-anak di Yaman," ujar Gamba yang menandatangani perjanjian itu sebagai saksi komitmen Houthi.

PBB mengatakan hampir 3.500 anak telah diverifikasi telah direkrut dan dikerahkan dalam perang saudara Yaman. Namun, seorang pejabat senior militer Houthi mengatakan pada 2018, kelompok itu telah melantik 18.000 tentara anak ke dalam tentaranya pada saat itu.

Mantan tentara anak mengatakan anak laki-laki berusia 10 tahun telah direkrut pada saat itu. Namun, juru bicara militer Houthi membantah perekrutan sistematis anak di bawah 18 tahun dan ada perintah untuk menolak anak-anak yang mencoba bergabung.

Lebih dari 10.200 anak tewas atau cacat dalam perang. Hingga saat ini belum ada laporan resmi jumlah anak yang mungkin menjadi kombatan.

Perang saudara Yaman meletus pada 2014 ketika Houthi yang didukung Iran merebut Sanaa dan memaksa pemerintah Yaman ke pengasingan. Koalisi yang dipimpin Arab Saudi, termasuk Uni Emirat Arab, memasuki perang pada awal 2015 untuk mencoba mengembalikan pemerintah ke tampuk kekuasaan.

Pemantau perang memperkirakan konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 14.500 warga sipil dan 150.000 orang jika kombatan disertakan. Pertempuran itu juga menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement