Tetap Bisa Sehat Meski Buka Puasa dengan Gorengan, Ini Syaratnya

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Nora Azizah

Kamis 21 Apr 2022 13:06 WIB

Buka puasa dengan gorengan bisa tetap aman apabila memperhatikan beberapa hal. Foto: Antara/Sigid Kurniawan Buka puasa dengan gorengan bisa tetap aman apabila memperhatikan beberapa hal.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gorengan menjadi menu andalan saat berbuka bagi sebagian masyarakat yang menjalankan puasa Ramadhan. Ahli Gizi Universitas Airlangga (Unair) Lailatul Muniroh pun mengingatkan potensi meningkatknya risiko penyakit jantung, stroke, obesitas, dan diabetes tipe 2 jika terlalu sering mengkonsumsi gorengan saat berbuka.

Lail memberikan tips agar tetap aman dan sehat meskipun berbuka puasa dengan gorengan. Menurutnya, makanan tersebut perlu diperhatikan rentang waktu dan jumlah konsumsinya. Lantaran hal yang dibutuhkan tubuh saat berbuka puasa adalah minuman untuk menghidrasi dan karbohidrat sederhana untuk meningkatkan kadar glukosa tubuh.

Baca Juga

“Gorengan dapat dikonsumsi setelahnya dalam jumlah tidak berlebihan. Cukup satu sampai dua saja, dan itupun tidak setiap hari,” kata Lail, Kamis (21/4/2022).

Lail juga menyarankan untuk mengkonsumsi  sayuran dan buah yang berserat tinggi, agar dapat menghambat penyerapan lemak. Apalagi pada gorengan yang bertepung, karena tepung bersifat menyerap minyak. Artinya cenderung mengandung banyak lemak. 

Lail melanjutkan, sekitar 20 hingga 30 persen dari total kalori kebutuhan tubuh memang berasal dari lemak. Namun, lemak yang dibutuhkan tubuh adalah lemak yang baik. Misalnya yang berasal dari omega 3 dan omega 6. Lail pun menyebut beberapa contoh makanan yang mengandung lemak baik. 

“Seperti halnya ikan salmon, tuna, alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun, telur, keju, dan yoghurt.  Selama dikonsumsi sesuai kebutuhan, maka akan berdampak baik untuk kesehatan,” ujarnya.

Adapun, kata dia, jika terlalu banyak lemak yang masuk ke tubuh dampak mengkonsumsi gorengan malah dapat membahayakan kesehatan. Terlebih jika kualitas minyaknya sudah terpakai berulang kali sehingga warnanya coklat kehitaman. Minyak jelantah lemaknya akan berubah menjadi lemak trans dari lemak jenuh. Proses tersebut mengubah struktur kimia lemak,  sehingga lebih sulit dicerna. 

“Minyak juga mengalami oksidasi dan membentuk radikal bebas yang dapat meningkatkan risiko penyakit seperti jantung, stroke, kanker, diabetes mellitus tipe 2, serta obesitas,” kata dia.

Terpopuler