Selasa 26 Apr 2022 08:55 WIB

AS akan Buka Kembali Kedutaannya di Ukraina

Diplomat AS pertama-tama akan datang ke Lviv dan kemudian kembali ke Kiev.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Bendera Ukraina berkibar di sebelah bendera Union Jack di depan Kedutaan Besar Inggris, dalam solidaritas dengan Ukraina, di Ankara, Turki, Jumat, 25 Februari 2022.  Amerika Serikat (AS) akan membuka kembali kedutaan besarnya di Ukraina dengan segera.
Foto: AP/Burhan Ozbilici
Bendera Ukraina berkibar di sebelah bendera Union Jack di depan Kedutaan Besar Inggris, dalam solidaritas dengan Ukraina, di Ankara, Turki, Jumat, 25 Februari 2022. Amerika Serikat (AS) akan membuka kembali kedutaan besarnya di Ukraina dengan segera.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) akan membuka kembali kedutaan besarnya di Ukraina dengan segera. Washington juga menjanjikan lebih banyak bantuan militer ke Kiev saat mengunjungi negara yang tengah berperang itu.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan kemampuan mereka untuk datang ke ibu kota Ukraina adalah bukti kegigihannya dalam memaksa Moskow untuk meninggalkan serangan di ibu kota bulan lalu. "Dalam hal tujuan perang Rusia, Rusia telah gagal dan Ukraina telah berhasil," kata Blinken setelah kunjungan tersebut.

Baca Juga

Blinken mengatakan, diplomat AS pertama-tama akan datang ke kota barat Lviv dan akan kembali ke Kiev dalam beberapa pekan. Bridget Brink, sekarang duta besar AS di Slovakia, akan menjadi utusan.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Senin malam mengatakan bahwa krisis akan berakhir dengan kesepakatan. Namun, isinya akan tergantung pada situasi militer. Ia mengkritik Kiev hanya meniru negosiasi.

Sebelumnya, duta besar Rusia di Washington mengatakan kepada AS untuk menghentikan pengiriman senjata. Ia memperingatkan bahwa pengiriman besar senjata Barat mengobarkan konflik.

AS menjanjikan 713 juta dolar AS bantuan baru untuk Ukraina dan negara-negara lain di kawasan yang dipandang berpotensi rentan terhadap ancaman Rusia. Gedung Putih juga memperingatkan kemungkinan akan ada lebih banyak sanksi terhadap Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement