Selasa 26 Apr 2022 14:57 WIB

Cerita Mahasiswa UMM Jalankan Puasa Ramadhan di Thailand

Di sekitar tempat tinggalnya, Ahda bisa menemukan banyak makanan halal.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Ahda Mutiari Hifdhi sedang menjalani program pertukaran pelajar Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) 2022 di Thailand.
Foto: Humas UMM
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Ahda Mutiari Hifdhi sedang menjalani program pertukaran pelajar Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) 2022 di Thailand.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menjalankan puasa selama Ramadhan di negara minoritas Muslim merupakan sebuah tantangan tersendiri. Hal itu pula yang dialami oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Ahda Mutiari Hifdhi yang sedang menjalani program pertukaran pelajar Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) 2022 di Thailand.

Selama hampir sebulan menjalani puasa di negeri orang, Ahda menceritakan berbagai pengalaman menarik yang ia alami. Menurut Ahda, mayoritas masyarakat Thailand adalah penganut Budha. Hanya minoritas kecil masyarakat yang menganut agama selain Budha, termasuk agama Islam. "Oleh karena itu, suasana Ramadhan di negara Gajah Putih itu terasa seperti hari-hari biasa," katanya.

Ahda berada di daerah Hat Yai yang memiliki populasi pemeluk Islam lumayan banyak. Namun selama Ramadhan tetap tidak terasa seperti di Indonesia. Ia mengaku, untuk menemukan masjid sangat susah di Hat Yai. Oleh karena itu, dia bersama teman Muslim biasa shalat Tarawih di kamar masing-masing.

Ia dan teman-temannya terkadang juga melakukan shalat berjamaah.  Untuk waktu azan dan imsak, Ahda mengandalkan pemberitahuan dari ponsel. Meskipun tidak bisa melaksanakan ibadah Ramhadan seperti di Indonesia, anak pertama dari dua bersaudara itu menilai toleransi antar agama di Thailand sangat baik.

Di sekitar tempat tinggalnya, ia bisa menemukan banyak makanan halal.  Ahda mengungkapkan, terdapat satu momen unik yang dia alami ketika akan membeli makanan. Penjual dengan jujur mengatakan bahwa makanannya haram dikonsumsi oleh Muslim.

"Di situ saya sangat merasa berterimakasih dan takjub karena sang penjual rela kehilangan pembeli demi mengingatkan kami,” ujar mahasiswa program pertukaran pelajar di Prince of Songkla University Hat Yai Campus tersebut.

Beberapa hari sebelumnya, Ahda sempat mendatangi salah satu festival yang bertepatan bulan puasa, yakni Festival Songkran. Festival ini ditujukan untuk memperingati tahun barunya Thailand.

Meskipun bukan festival Ramadhan, ia dan kawan-kawannya merasa senang karena banyak makanan yang bisa dicoba serta suasana yang ramai. “Saya dan teman-teman juga menyempatkan berbuka puasa di agenda tersebut,” jelasnya.

Adha tak menampik sangat merindukan makanan-makanan Indonesia, terutama menu takjil yang mudah ditemui di jalan-jalan Indonesia. Untuk mengobati rasa rindunya, ia sering pergi ke pasar untuk mencari jajanan khas Thailand yang mirip dengan takjil Indonesia.

Salah satunya dia acap membeli Thai Tea atau MANGO Sticky Rice karena rasanya manis. Untuk makan beratnya, Ahda suka mengonsumsi sup daging kuah tom yum bening pakai nasi. Jika sedang bosan, Ahda membeli pad thai atau clear noodle soup.

Meskipun banyak menemukan makanan yang enak, Ahda sangat rindu makanan Indonesia. Bahkan, dia sampai membuat daftar makanan dan minuman yang akan dimakannya ketika pulang. "Seperti kolak, nasi padang, dan bakso,” kata mahasiswa asal Purwokerto ini.

Selain rindu makanan Indonesia, mahasiswa Teknik Industri UMM ini juga mengaku sangat merindukan keluarganya di Indonesia. Sebab itu, dia sering berbagi foto makanan dan minuman apa yang ia konsumsi kepada keluarga.

Ahda sering menghubungi keluarganya dengan video call ketika ada waktu senggang. Keluarganya juga sering menanyakan menu berbuka maupun sahur yang dia konsumsi. "Itu cukup mengobati rasa rindu yang saya rasakan selama di Thailand,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement