Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maman Soleman

Mengungkap Keagungan Lailatul Qadar

Agama | Thursday, 28 Apr 2022, 22:08 WIB

Tidak terasa kita sudah memasuki 10 yang terakhir dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan ini. Dibelenggunya setan di bulan suci ini telah terlewati dengan melaksanakan berbagai macam bentuk ibadah. Salat, membaca Al Qur'an, mengeluarkan zakat, berinfak dan aktivitas ibadah lainnya menjadi "menu wajib" di bulan yang penuh berkah ini.

Di bulan Ramadan kita akan menjumpai "satu malam" yang keutamaan dan kebaikannya melebihi seribu bulan, malam itu adalah malam qadar atau malam Lailatul Qadar, demikian sebutannya. Setiap Muslim pastilah mengharapkan mendapatkan malam agung tersebut. Berbicara mengenai keagungan Lailatul Qadar, Rasulullah SAW telah menjelaskan kepada umatnya bagaimana keutamaan qadar, waktu, dan ciri-cirinya Inilah sebenamya puncak pahala yang diberikan Allah SWT di bulan Ramadan kepada mereka yang dengan ikhlas menjalankan ibadah puasa.

Keutamaan berpuasa di bulan Ramadan selain mengharapkan untuk mendapatkan bulan yang baik dari seribu bulan, tentu saja tak lepas dari upaya mendapatkan ridlo Allah SWT. Ada baiknya kita coba renungkan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Sahl r.a, "Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat pintu Ar-Royyan. Kelak di hari kiamat orang-orang berpuasa akan masuk surga melalui pintu itu, selain dari mereka tidak ada seorang pun yang bisa memasukinya. Ia (Ar-Royyan) berseru, 'Di manakah orang-orang yang berpuasa?' Kemudian orang-orang yang berpuasa bangkit berdiri dan orang-orang selain mereka tidak seorang pun bisa memasukinya. Tatkala semua sudah masuk, pintu Ar-Royyan tertutup. Setelah itu tidak ada seorang pun yang bisa memasukinya." (H.R. Bukhari).

Di sepuluh hari yang pengujung ini, untuk mendapatkan malam qadar ada baiknya kita senantiasa melakukan itikaf di masjid, mengingat hadits Ibnu Umar, katanya, "Adalah Rasulullah SAW, itu beri'tikaf pada sepuluh hari yang penghabisan dari bulan Ramadan." (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). Kegiatan dan sekaligus anjuran Rasulullah ini oleh firman Allah,"Dan makan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beriktikaf dalam masjid."

Untuk lebih jelas marilah kita mencoba mengungkap keagungan Lailatul Qadar ditinjau dari; (1) Keutamaannya. Di antara keutamaan Lailatulkadar kebaikan melebihi seribu bulan, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an; "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu? Malam itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar." (Q.S. Al-Qadar: 1 -5). Selanjutnya ayat 185 surat Al-Baqarah, Allah SWT menyatakan bahwa bulan Ramadan, baik dalam pengertian permulaan turun sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad SAW maupun dalam pengertian diturunkannya Al Qur'an oleh Allah dari Lauh al-Mahfudz ke Bait al-Izza (baca; langit dunia). Dari keutamaan inilah Allah SWT menjanjikan pahala seribu bulan bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya.

(2) Menurut waktunya. Yang paling kuat dari sepuluh perkataan dan pendapat ulama tentang masalah waktunya, yaitu Lailatul Qadar dijumpai pada salah satu dari sepuluh malam-malam ganjil terakhir dari bulan Ramadan, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Aisyah radliyallahu'anha, ia berkata, "Rasulullah SAW beri'tikaf pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadan. Dan beliau berkata,"Carilah oleh kalian (dan dalam riwayat lain; Tuntutlah oleh kalian) Lailatulkadar (malam ganjil dari) sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dari seluruh keterangan tadi dapatlah kita coba simpulkan bahwa seorang Muslim dapat mencari Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari yang terakhir bulan Ramadan, yaitu dari malam 21, 23, 25, 27, dan 29. Jika ia tidak mampu untuk mencarinya pada malam-malam ganjil yang terakhir, yaitu 25,27, dan 29.

Asy Syaikh al-Albani rahimahul-lah menegaskan bahwa Lailatulkadar adalah malam ke-27 dari bulan Ramadan menurut pendapat rajih, sebab itulah Nabi mengumpulkan keluarga dan istri-istrinya pada malam tersebut. Dengan demikian, disunahkan juga bagi kaum wanita untuk turut menghadiri malam yang mulia ini (baca; Qiyam Ramadan, Syaikh al-Albani; 19).

Hendaklah seorang Muslim bersemangat untuk taat kepada Allah SWT dalam mencari Lailatul Qadar menghidupkannya dengan keimanan dan bersemangat untuk mendapatkan pahalanya yang besar. Jika ia berbuat demikian, Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya yang terdahulu. Disunahkan pula untuk berdoa dan memperbanyak doa pada malam tersebut, sebagaimana yang diriwayatkan dari Aisyah radliyallahu'anha,"Wahai Rasulullah! Bagaimana pendapatmu jika aku mendapatkan Lailatul Qadar tersebut yang kau ucapkan? Rasullah SAW bersabda,"Katakanlah; " Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang suka memberi maaf, maka maafkanlah aku." (H.R. Tir-midzi dan Ibnu Majah dengan sanad yang sahih).

(3) Ciri-cirinya. Ketahuilah wahai hamba yang taat! Sesungguhnya Rasulullah SAW menjelaskan sifat dan keadaan pada pagi hari Lailatul Qadar tersebut. Dari Ubay radliyallahu'anhu, ia berkata,"Rasulullah SAW bersabda, 'Matahari terbit pada pagi hari Lailatul Qadar tanpa bersinar, seakan-akan matahari tersebut adalah sebuah bejana sehingga bertambah tinggi (naik)." (H.R. Bukhari). Dari Abbas radliyallahu'anhu, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,"Lailatulkadar adalah malam yang lapang, luas dan cerah, tidak panas dan tidak dingin. Matahari terbit pagi harinya dalam keadaan lemah kemerah-merahan." (H.R. Thayalisy, Ibnu Khuzaimah, al-Bazzardan sanudnya hasan).

Dengan uraian tadi, begitu jelas bahwa Lailatul Qadar merupakan malam yang penuh kebesaran dan kemuliaan. Keistimewaan itu, juga terletak pada dua hal, yaitu malam itu lebih baik dari seribu bulan, serta pada malam itu juga para malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Allah SWT turun untuk mengatur segala urusan.

Untuk itu, ibadah kita pada sepuluh malam terakhir itu, intensitas dan kualitasnya mesti ditingkatkan. Lebih dari sekadar ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari. Mudah-mudahan kita tergolong ke dalam orang-orang yang mendapatkan malam kemuliaan itu, malam seribu bulan. Wallahu'alam.

Sumber : Jendela Informasi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image