Ramadhan Momentum Bederma

Red: Agung Sasongko

Sabtu 30 Apr 2022 08:30 WIB

Sedekah/Ilustrasi Sedekah/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan menjadi momentum untuk bederma.Tidak hanya lembaga filantropi, banyak pula warga yang mendonasikan hartanya selama Ramadhan ini. Umat Islam Indonesia yang dikenal sebagai umat yang paling dermawan di dunia pun dalam perjalanannya ikut membangun budaya filantropi bagi bangsa ini.

Bagi seorang Muslim, sedekah merupakan sebuah panggilan agama. Tidak heran jika kultur masyarakat Muslim--terutama di Indonesia--sangat identik dengan aktivitas filantropi. Untuk mengulas lebih jauh seperti apa semangat berdonasi kaum Muslim Indonesia pada Ramadhan kali ini, Wartawati RepublikaImas Damayanti mewawancarai Pendiri Laznas Dompet Dhuafa Erie Sudewomelalui sambungan telepon, Rabu (20/4/2022).

Baca Juga

Indonesia sebagai negara terdermawan di dunia versi World Giving Index, tanggapan Anda?

Ya, itu benar. Karena dari jumlahnya, Indonesia ini kannegara dengan populasi masyarakat Muslim terbesar di dunia. Di negara ini, lembaga-lembaga amil zakat tumbuh dengan baik. Jumlahnya ada banyak, dan dari waktu ke waktu semakin ber kembang. Tidak hanya lembaga- lembaga formal, lembaga nonformal (dalam mengumpulkan dana zakat, infak, dan sedekah/ZIS) juga banyak tumbuh. Misalnya ya, masjid-masjid dan mushala, mereka juga mela kukan kegiatan filantropi dan antusias umatnya atau jamaahnya selalu baik.

Inilah yang membuat Indonesia berbeda dengan negara-negara lain.Misalnya, kita lihat ya Muslim di Ame rika itu kanbertumbuh, atau di negara-negara Islam, kultur berdermanya berbeda dengan di Indonesia. Apalagi, mayoritas Muslim memahami bahwa zakat, misalnya, adalah bagian dari kewajiban seorang hamba.

Bagaimana Anda melihat semangat bederma umat pada Ramadhan ini?

Meski masih diwarnai pandemi, saya rasa ada dan tidak adanya pandemi hal itu tidak terlalu meme ngaruhi lebih jauh semangat berdonasi masyarakat Muslim di Indonesia, bahkan semangat atau perolehan ZIS justru meningkat. Banyak Laznas yang melaporkan peningkatan perolehan ZIS mereka.

Terutama saat Ramadhan ya, tidak turun (perolehannya). Justru, semakin bagus dan menanjak. Apalagi, sekarang banyak juga LAZ-LAZ yang sudah sedemikian rupa melakukan inovasi dan pendekatan ke pada donatur, misalnya saja kemudahan dalam bertransaksi. Kita bisa sedekah, bayar zakat, atau mau wakaf lewat transfer e-banking saja.

Kemudahan-kemudahan bertransaksi inilah yang salah satunya juga membantu pertumbuhan ZIS di Indonesia. Jadi, sedekah itu sedemikian dekatlah dengan umat Islam Indonesia.

Bagaimana Anda melihat prospek filantropi pada masa depan?

Saya melihat bahwa prospek filantropi Islam di Indonesia akan semakin membaik dan berkembang.

Program-program penyaluran donasi juga kita lihat sudah memberikan dampak yang luar biasa ya bagi kemajuan Indonesia. Kita lihat bagaimana berkat donasi, umat Islam banyak lumbung-lumbung desa, rumah tahfiz, bantuan kemanusiaan itu dikembangkan sedemikian rupa dan menghasilkan manfaat yang luar biasa.

Yang lembaga nonformal saja, seperti masjid dan mushala atau juga perseorangan, sudah semakin masif bederma. Contohnya, di masjid-masjid ataupun mushala kerap mem berikan makanan berbuka puasa sepanjang Ramadhan. Jadi, nggakada tuh orang yang kelaparan selama Ramadhan, itu baru Ramadhan saja ya.

Belum lagi ada program, misalnya, Jumat Berkah yang dilakukan masjid-masjid. Memberikan makan atau minum gratis. Ya, jadi kesimpul annya, menurut saya, perjalanan filantropi Islam ini sangat membahagiakan dan kultur masyarakat Muslim kita memang sebegitu dermawannya.