Senin 02 May 2022 07:19 WIB

Sejarawan: Hantaran Lebaran Transformasi dari Tradisi Hantaran Hasil Bumi

Pada hari raya panen, rakyat mempersembahkan hasil bumi kepada raja dan sebaliknya.

Red: Ratna Puspita
Ilustrasi. Sejarawan kuliner Universitas Padjadjaran Fadly Rahman mengatakan, jejak tradisi mengirim hantaran Lebaran dapat ditelusuri pada momen hari raya panen yang berlangsung pada masa kerajaan abad ke-16.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Ilustrasi. Sejarawan kuliner Universitas Padjadjaran Fadly Rahman mengatakan, jejak tradisi mengirim hantaran Lebaran dapat ditelusuri pada momen hari raya panen yang berlangsung pada masa kerajaan abad ke-16.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan kuliner Universitas Padjadjaran Fadly Rahman mengatakan, jejak tradisi mengirim hantaran Lebaran dapat ditelusuri pada momen hari raya panen yang berlangsung pada masa kerajaan abad ke-16. Pada hari raya panen, rakyat mempersembahkan hasil bumi kepada raja dan sebaliknya.

"Hantaran Lebaran yang hingga saat ini populer di kalangan masyarakat Indonesia merupakan bentuk transformasi dari tradisi hantaran hasil bumi yang dipersembahkan rakyat kepada raja dan kemudian dari raja untuk rakyatnya," ujar Fadly, Senin (2/5/2022).

Baca Juga

Fadly menjelaskan di masa kerajaan dahulu, ada tradisi masyarakat menghantarkan hasil bumi untuk raja. "Ketika raja mengadakan pesta panen, biasanya akan membekalkan hasil olahan dan berbagai macam makanan serta kue, yang akan dibawa pulang oleh rakyatnya sendiri," kata Fadly.

Fadly menyebutkan, seiring redupnya masa kerajaan, tradisi hantaran berubah wujud menjadi menghantarkan makanan untuk tetangga, saudara, serta handai tolan yang terjadi hingga masa sekarang. Pada masa kolonial, saling membalas hantaran Lebaran juga telah muncul di kalangan antar-keluarga.

Hantaran tersebut berupa berbagai jenis hidangan utama khas Lebaran seperti ketupat, opor, kari, dan rendang serta kue basah tradisional yang disajikan di dalam rantang. Fadly mengatakan tradisi hantaran berupa tukar rantang menunjukkan kekhasan masyarakat agraris.

Selain berfungsi sebagai wadah bekal, secara sosial-budaya rantang memiliki arti simbolik sebagai perekat hubungan antar-tetangga atau kerabat ketika digunakan untuk hantaran. "Ketika dikirimi dalam bentuk rantang, secara spontan kita akan membalasnya. 'Ah, malu kalau kita mengembalikan dalam kondisi kosong'. Lalu kita akan mengisinya kembali dengan makanan-makanan," katanya.

Pada masa kolonial, kue-kue kering seperti nastar, kastangel, lidah kucing, dan putri salju dalam kemasan stoples mulai dikenal dan dijadikan hantaran Lebaran yang diberikan keluarga Eropa untuk keluarga pribumi priyayi. Dalam perkembangannya, kini hantaran telah bertransformasi dalam bentuk hampers dan parsel yang memiliki kemasan lebih modern.

Walau wujudnya telah berubah, Fadly mengatakan esensi serta makna hantaran tidak berubah signifikan. Namun pada masa sekarang, kata Fadly, telah jamak orang mengirim hantaran sebagai tanda ucapan terima kasih atau ucapan hari raya dari rekan kerja tanpa mengharap balasan atau tanpa saling bertukar. Hal tersebut terjadi seiring dengan pergeseran hantaran yang telah dikomersilkan atau dijadikan lahan bisnis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement