Selasa 03 May 2022 06:24 WIB

Israel Kecam Menlu Rusia karena Sebut Hitler Punya Darah Yahudi

Menlu Rusia Sergey Lavrov menyebut pemimpin Nazi memiliki darah Yahudi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Pemerintah Israel mengecam Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov karena menyebut pemimpin Nazi memiliki darah Yahudi. Israel menuntut permintaan maaf dari Lavrov.
Foto: AP/Maxim Shemetov/Pool Reuters
Pemerintah Israel mengecam Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov karena menyebut pemimpin Nazi memiliki darah Yahudi. Israel menuntut permintaan maaf dari Lavrov.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel mengecam Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov karena menyebut pemimpin Nazi memiliki darah Yahudi. Israel menuntut permintaan maaf dari Lavrov.

“Pernyataan Menlu Lavrov adalah pernyataan yang tidak dapat dimaafkan dan keterlaluan serta kekeliruan sejarah yang mengerikan. Kami mengharapkan permintaan maaf,” kata Menlu Israel Yair Lapid, Senin (2/5).

Dia menekankan, orang-orang Yahudi tidak membunuh sesame Yahudi dalam Holocaust (pembantaian Yahudi era Perang Dunia II). Menurut Lapid, tingkat rasialisme terendah terhadap orang-orang Yahudi adalah menuduh mereka sendiri sebagai antisemitisme.

Kementerian Luar Negeri Israel telah memanggil duta besar Rusia di negaranya untuk meminta klarifikasi maksud atau intensi dari pernyataan Lavrov. Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Italia yang disiarkan pada Ahad (1/5), Lavrov mengatakan, meski Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky adalah Yahudi, hal itu tidak akan melemahkan Rusia untuk melanjutkan misi “denazifikasi” di Ukraina.

Misi denazifikasi itu dipertanyakan oleh Zelensky. Menurut Lavrov, Zelensky sempat mengajukan argumen tentang jenis Nazisme apa yang dapat Ukraina miliki jika presiden sendiri adalah seorang Yahudi. “Saya bisa saja salah, tapi (Adolf) Hitler juga memiliki darah Yahudi,” ujar Lavrov menanggapi argumen Zelensky.

Dalam wawancara dengan stasiun televisi Italia tersebut, Lavrov pun menyampaikan bahwa Zelensky masih memiliki kekuatan untuk mengakhiri perang jika dia berhenti memberikan perintah kriminal kepada pasukan Nazi-nya.

Selain terkait Zelensky, Lavrov pun menyoroti peran Amerika Serikat (AS) dalam konflik di Ukraina. Dia menuduh Washington menggagalkan upaya pembicaraan damai antara Moskow dan Kiev. Sejak konflik pecah pada 24 Februari lalu, AS merupakan penyokong bantuan militer utama untuk Ukraina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement