Rabu 04 May 2022 00:34 WIB

Muslim Afsel Punya Tradisi Bagikan Makanan di Pengujung Ramadhan

Muslim Afsel sediakan makanan untuk keluarga kurang beruntung di akhir Ramadhan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Muslim Afsel sediakan makanan untuk keluarga kurang beruntung di akhir Ramadhan. Ilustrasi.
Foto: www.freepik.com
Muslim Afsel sediakan makanan untuk keluarga kurang beruntung di akhir Ramadhan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Relawan di Cape Town mengikuti tradisi yang berakar di Afrika Selatan hampir 40 tahun yang lalu pada puncak apartheid pada Selasa (3/5/2022). Tradisi ini menyediakan sepiring makanan untuk keluarga yang kurang beruntung untuk menyambut Idul Fitri.

Kali ini ada urgensi tambahan untuk sikap kemanusiaan itu, karena inflasi yang melonjak yang didorong oleh konflik Ukraina. Kondisi tersebut telah mendorong harga makanan pokok, membuatnya lebih sulit bagi konsumen yang kekurangan uang di ekonomi paling maju di Afrika.

Baca Juga

Hidangan tersebut biasanya disiapkan setelah sholat magrib pada akhir bulan Ramadhan. Panci kukus akhni aromatik berisikan hidangan nasi, kentang, dan daging akan dibagikan untuk memberi makan lebih dari 90 ribu orang dengan berbagai latar belakang dan agama di Cape Town, rumah spiritual Islam di Afrika Selatan.

"Dalam Islam, lebih khusus Ramadhan, ada seruan yang meningkat untuk semangat kedermawanan," kata Sheikh Sadullah Khan, salah satu pendiri Nakhlistan, sebuah organisasi nirlaba yang dimulai pada 1984.

"Kamu bahkan tidak bisa merayakan Idul Fitri kecuali kamu memenuhi kebutuhan orang miskin di suatu tempat," ujarnya.

Sedangkan di lapangan rugby yang kosong berdiri barisan pot besar berukuran 130 liter, diaduk selama berjam-jam dengan papan kayu seperti dayung untuk memasak berton-ton makanan. Hidangan ini dimaksudkan untuk dikirim ke beberapa komunitas termiskin di Cape Town, bahkan penjara.

"Saya sebenarnya merasa bersyukur karena Anda tahu ada banyak orang yang tidak memiliki (makanan) dan kemiskinan di sisi ini (tempat kami tinggal) adalah nyata,” kata salah satu penerima di Uskup Lavis, Tamia Galant.

Menurut Indeks Keterjangkauan Rumah Tangga Afrika Selatan, biaya rata-rata keranjang makanan rumah tangga meningkat sebesar 8,2 persen atau 344 Rand secara year-on-year dan mencapai 4.543 Rand dibandingkan dengan harga tahun lalu. Tingginya biaya bahan pokok membuat berbagai makanan bergizi dihilangkan dari makanan keluarga sehingga berdampak pada kesehatan rumah tangga dan perkembangan anak yang terhambat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement