Jumat 06 May 2022 15:48 WIB

Erick Thohir: Pesantren Mercusuar Peradaban dan Penggerak Ekonomi Umat

Indonesia memiliki 25 ribu ponpes yang menjadi rumah bagi 4 juta santri

Rep: m nursyamsi/ Red: Hiru Muhammad
Menteri BUMN Erick Thohir berpandangan serupa. Dengan segala kelebihan yang dimiliki, pondok pesantren bukan hanya berfungsi sebagai mercusuar peradaban, akan tetapi dapat berkembang menjadi salah satu motor penggerak ekonomi umat.
Foto: Republika TV
Menteri BUMN Erick Thohir berpandangan serupa. Dengan segala kelebihan yang dimiliki, pondok pesantren bukan hanya berfungsi sebagai mercusuar peradaban, akan tetapi dapat berkembang menjadi salah satu motor penggerak ekonomi umat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dalam khasanah pendidikan di Indonesia, pesantren adalah salah satu institusi pendidikan tertua di Indonesia yang turut membangun peradaban bangsa. Di pesantren para santri dididik untuk berpikir mandiri dan kritis dalam menafsirkan ayat-ayat suci dan pengetahuan modern yang sejalan dengan ajaran Islam.

Seiring perkembangan zaman, banyak bermunculan pondok pesantren yang mencirikan institusi progresif dalam pengelolaannya tanpa mengesampingkan nilai tradisionalnya.

Baca Juga

Menteri BUMN Erick Thohir berpandangan serupa. Dengan segala kelebihan yang dimiliki, pondok pesantren bukan hanya berfungsi sebagai mercusuar peradaban, akan tetapi dapat berkembang menjadi salah satu motor penggerak ekonomi umat.

Faktor yang menjadi dasarnya adalah Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia memiliki lebih dari 25 ribu Pondok Pesantren yang menjadi rumah dan sekolah bagi sekitar 4 juta santri.

Dengan jumlah yang sedemikian besar itu wajar saja kalau Erick Thohir menilai pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang terbalut dalam persatuan bangsa dapat terwujud, khususnya di lingkungan pesantren.

Guna mewujudkan cita-cita itu, Erick Thohir berkomitmen merancang sejumlah program di BUMN yang dapat dioptimalkan, khususnya oleh kalangan pesantren agar memiliki kemandirian ekonomi.

"Hal ini mutlak dilakukan mengingat Indonesia sedang kelimpahan bonus demografi, di mana banyak angkatan usia muda kini tengah berjibaku menempuh pendidikan di lingkungan pesantren," ujar Erick saat bersilaturahmi dengan para kiai dan alim ulama se-Pasuruan Raya, Jawa Timur, Kamis (5/5).

Erick berpikir, kelak mereka ini yang akan menjawab tantangan persoalan bangsa di masa mendatang.Menurut Erick, kunci untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, baik secara sosial dan ekonomi adalah solidaritas, jika solidaritas sudah terjalin kuat, Pesantren dapat menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan umat.

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Kementerian BUMN telah merancang beberapa program khusus. Salah satunya BUMNU (Badan Usaha Milik Nahdlatul Ulama), merupakan program kolaborasi antara BUMN dan unit usaha di bawah Ormas NU, yang diluncurkan pada akhir Februari 2022, saat peringatan hari lahir NU ke-99.

Program tersebut dimulai dari pendirian 250 badan usaha. Erick tentu berharap BUMNU yang dimentori oleh BUMN dapat menjadi faktor pendorong perekonomian umat berbasis pesantren.

Ada pula Program Santripreneur dan Santri Magang di BUMN, yang diharapkan dapat memberdayakan para santri dalam pengembangan ekosistem bisnis dan ekonomi syariah melalui perspektif ilmu fiqih yang dikuasai.

Kemudian, Program Makmur yang menyasar sektor agribisnis. Dalam program ini, santri dapat menjadi petani mandiri setelah diberi pendampingan, akses pembiayaan, dan pasar yang dituju. Program Makmur diharapkan dapat membina dan membantu petani maupun kalangan pesantren dalam pengembangan kapasitas bisnis.

Beberapa program ini dilengkapi dengan program vokasi melalui tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) di 15 pesantren sebagai percontohan. Selain itu, ada juga program beasiswa pendidikan S2 yang dapat diikuti guru dan pengajar di pesantren.

Meski begitu Erick menyebut optimalisasi program-program tersebut akan berhasil jika masyarakatnya kompak dan harmonis dan tidak mudah terpecah belah oleh sentimen yang provokatif. "Persatuan bangsa harus menjadi napas untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan," tegas Erick.

Di hadapan para ulama, Erick berjanji akan menjaga keharmonisan dan persatuan sebagai fondasi bangsa Indonesia untuk menjadi negara maju. Dalam kepemimpinannya, satu hal terpenting yang harus selalu dijunjung adalah nilai-nilai akhlak.

"Kepandaian tanpa karakter akan menjadi kejahatan, kekayaan tanpa karakter akan menjadi kerakusan. Sejak kecil, orang tua saya mengajarkan pentingnya karakter. Maka dalam kepemimpinan saya, saya sangat menjunjung nilai-nilai Akhlak," ungkapnya.

Senafas dengan pesan orangtuanya itu, para alim ulama dan pasantren memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan generasi muda Muslim yang memiliki Akhlakul Karimah, moderat, lembut, dan tawadhu seperti teladan yang ditunjukkan KH Abdul Hamid di Pasuruan.

Melalui teladan tersebut, Indonesia bisa menciptakan tatanan masyarakat yang kuat simpul silaturahminya, dimulai dari kalangan santri dan pesantren.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement