Selasa 10 May 2022 06:38 WIB

Macron: Putin Tunjukkan Sikap Suka Berperang

Putin menilai Barat sedang mempersiapkan serangan ke tanah Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Foto: AP/Thibault Camus
Presiden Prancis Emmanuel Macron.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mengomentari pidato Presiden Rusia Vladimir Putin saat “Victory Day”, yakni peringatan kekalahan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Menurut dia, Putin menunjukkan sikap suka berperang.

 

Baca Juga

“Saya pikir kita (Uni Eropa dan Rusia) menyajikan dua visi yang sangat berbeda pada 9 Mei. Di satu sisi ada keinginan unjuk kekuatan, intimidasi, dan sikap suka berperang. Saya tidak pernah berkomentar, tapi Presiden Putin menunjukkan sikap suka berperang,” kata Macron saat berbicara di Parlemen Eropa, Senin (9/5/2022).

Kendati demikian, Macron menekankan di masa depan, perdamaian harus dibangun. “Saya mengatakan itu sebelumnya. Kita harus melakukannya dengan Ukraina dan Rusia duduk bersama. Persyaratan diskusi akan ditetapkan oleh Ukraina dan Rusia,” ucapnya.

Dalam pidato peringatan Victory Day, Putin mengatakan, agresi negaranya ke Ukraina perlu dilakukan. Hal itu karena Barat sedang mempersiapkan serangan ke tanah Rusia. Saat berbicara di hadapan para prajurit Rusia di Lapangan Merah, Putin mendorong mereka meraih kemenangan di Ukraina. 

“Membela tanah air ketika nasibnya ditentukan selalu suci. Hari ini kalian berjuang untuk rakyat kita di Donbas, untuk keamanan Rusia, tanah air kita,” ucap Putin.

Pada kesempatan itu, Putin mengecam apa yang disebutnya ancaman eksternal untuk melemahkan dan memecah belah Rusia. Dia secara khusus menyinggung ancaman yang diciptakan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di sebelah perbatasan Rusia.

Dia kemudian memuji prajurit Rusia yang gugur dalam pertempuran di Ukraina. “Kematian setiap prajurit dan perwira sangat menyakitkan bagi kita. Negara akan melakukan segalanya untuk mengurus keluarga mereka,” ujar Putin.

Dalam pidatonya, Putin tidak menyinggung atau memberikan penilaian tentang kemajuan dalam pertempuran di Ukraina. Dia pun tak membahas berapa lama kemungkinan peperangan di Ukraina bakal berlanjut.

Rusia mulai melancarkan agresi ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Keputusan itu diambil saat NATO mengumumkan bahwa mereka membuka pintu keanggotaan bagi Ukraina. Moskow memandang, masuknya Kiev ke dalam NATO akan menimbulkan ancaman keamanan. Sebab dengan bergabungnya Ukraina, NATO bisa mengerahkan atau menempatkan persenjataan strategis mereka langsung ke dekat perbatasan Rusia. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement