Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Mudik, Silaturahmi, Wisata dan Kereta Api Garut-Bandung

Wisata | Tuesday, 10 May 2022, 17:15 WIB

Setelah dua tahun lamanya tak bisa melakukan mudik karena pandemik COVID 19, tahun ini bersama keluarga kembali bisa melakukannya. Mudiknya tidak terlalu jauh, tepatnya ke Kampung Baros Lebak Desa Sirnasari, Kecamatan Samarang Kabupaten garut. Tentu sangat menyenangkan karena bersama keluarga bisa kembali ke kampung halaman.

Kereta api Garut-Bandung yang banyak diminati penumpang. (FOTo : Republika.co.id/Adeng Bustomi/ANTARA)

Sehari setelah Lebaran kami berangkat menuju Garut justeru menggunakan bis dari Terminal Cicaheum akibat tak mendapatkan tiket kereta api menuju Garut dari Stasiun Bandung. Kurang lebih di Terminal Cicaheum menunggu sampai tiga jam dari pukul 06.00-09.00 WIB. Kami berlima bisa naik bis dengan membayar satu orang Rp 60.000,-. Kendati harus berdesak-desakan, kami bersyukur bisa pulang ke kampung halaman sang isteri.

Bis yang ditumpangi mengalami kemacetan sekitar Parakan Muncang. Tetapi karena kelihaian sang supir maka bis di arahkan ke kawasan Cicalengka hingga tak mengalami kemacetan dan memasuki kawasan Nagrek begitu lancar tak ada kemacetan dan itu sangat menyenangkan bagi kami. Namun sayang ketika memasuki kawasan Kadungora bis dibelokkan ke jalur alternatif dan keluar dari Leles. Bahkan di Tarogong pun diarahkan ke jalur alternatif. Tentu saja yang biasa kami turun di alun-Alun Tarogong malah menjadi jauh dan turun di daerah dekat SMKN 2 Garut.

Bersyukur kami bisa memesan grab motor hingga sampai ke kampung halaman. Masing-masing otor sekitar Rp 30.000 ongkosnya. Alhamdulillah kami tiba dengan selamat dan bisa bertemu dengan keluarga dan handai taulan. Semua bersyukur kami bisa bertemu dalam keadaan sehat wal afiat. Tentu saja ini kebahagiaan yang berarti bagi kami setelah dua tahun tak bersua.

Silaturahmi keluarga begitu menyenangkan (FOTO : Neila Rafa Talitha)

Alhamdulillah selama di Garut itu pada hari selanjutnya bisa mengadakan Silaturahmi keluarga besar di daerah menuju area Kamojang. Pada acara tersebut ceramah diisi oleh Ustad yang biasa mengisi di daerah tersebut yang membahas tentang "Tamu Agung" yang baru meninggalkan kita semua sehingga pasca Ramadhan itu sebagai kaum muslimin haruslah bisa meningkatkan kualitas ibadah agarbisa benar-benar menjadi orang bertakwa.

Pada hari selanjutnya sebagian keluarga berangkat ke Situ Cangkuang dan Situ Bagendit dan sebagian lagi justeru berjalan-jalan mengelilingi pematang sawah dan bermain di aliran sungai dan itu sungguh menyenangkan apalagi hal tersebut dilakukan dengan anak dan juga keponakan. Dulu memang sering juga dilakukan tetapi untuk kali ini menjadi lain artinya karena setelah pandemik melanda hampir dua tahun lamanya.

Ternyata waktu begitu berlalu begitu cepat. Sebagian kakak ipar pun kembali ke Kota kembali lebih cepat karena salah seorang harus melakukan cuci darah pada esok harinya. Begitupula kakak yang di Subang pun ulang pada hari Jumat dans ebagian lagi pulang ada hari Sabtu dan tinggallah keluarga kami yang masih berada di kampung halaman itu. Kami memutuskan pulang minggu karena telah memesan tiket kereta secara online.

Tiba hari Minggu kami berangkat dari kampung halaman pukul 08.00 WIB dengan mencharter sebuah mobil yang membawa kami ke Stasiun Garut Kota. Perjalanan tidak begitu lama dan sampai di stasiun. Kami pun bisa langsung masuk karena menggunakan tiket online sehingga kurang lebih kami harus menunggu sampai dua jam hingga kereta api datang dan kami naik sambil berebut dengan penumpang lain berdesakan.

Perjalanan kereta dari Stasiun Garut Kota menuju Stasiun Cibatu memakan waktu 1 jam. Dari Stasiun Cibatu menuju Stasiun Cicalengka memakan waktu sekitar 1 jam dan dari Stasiun Cicalengka menuju Stasiun Bandung sekitar 1 jam. Jadi total waktu perjalanans ekitar 3 jam dan kami bersyukur tiba di Kota Bandung dengan selamat dan hal itu menutup rangkaian mudik tahun 2022.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image