Rabu 11 May 2022 13:26 WIB

Satgas Tekankan Beberapa Langkah Cegah Lonjakan Pascalebaran

Kebijakan PPKM masih tetap diberlakukan sebagai instrumen pengendalian Covid-19.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Gita Amanda
 Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menekankan, pentingnya langkah pengendalian dan pengawasan untuk mencegah lonjakan Covid-19. (ilustrasi).
Foto: Satgas Covid-19
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menekankan, pentingnya langkah pengendalian dan pengawasan untuk mencegah lonjakan Covid-19. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menekankan, pentingnya langkah pengendalian dan pengawasan untuk mencegah lonjakan Covid-19. Meskipun, kasus Covid-19 sudah terkendali, tetapi kewaspadaan harus tetap dikedepankan, khususnya usai lebaran Idul Fitri.

"Untuk tidak gegabah agar pertahanan yang dilakukan berbulan-bulan pascalonjakan kasus terakhir, dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang," ujar Wiku dikutip dari siaran Youtube BNPB, Rabu (11/5/2022).

Baca Juga

Pertama, kata Wiku, kebijakan PPKM masih tetap diberlakukan sebagai instrumen pengendalian Covid-19. Ini karena PPKM secara fakta telah mampu melandaikan kondisi kenaikan kasus dan mempertahankannya hingga saat ini.

Selain itu, penggunaan masker juga masih tetap diwajibkan dan bagian dari strategi pencegahan Covid-19 yang komprehensif sebagaimana arahan organisasi kesehatan dunia (WHO).

"Kita perlu menyakini pandemi ini sebagaimana pandemi pada penyakit, cepat atau lambat akan usai. Walau begitu masih terdapat kenaikan kasus di beberapa negara lainnya seperti Jepang dan Taiwan serta adanya kemunculan varian baru seperti BA4 dan BA5 di Afrika Selatan, dimana umumnya kemunculan varian baru menjadi pemantik adanya gelombang kasus baru," katanya.

Ia mengingatkan penularan Covid-19 tidak mengenal batas wilayah menginfeksi. Namun demikian, bukan berarti tidak bisa diantisipasi.

Karena itu, bercermin pada kondisi Covid-19 secara nasional dan global, maka strategi pada fase baru Covid-19 dapat dilakukan dengan hidup berdampingan secara bertahap. Yakni mulai mengurangi pembatasan aktivitas yang secara bersamaan mendorong terbentuknya perilaku yang lebih sehat dan aman.

"Kemudian melindungi lebih optimal populasi berisiko misalnya dengan melakukan menggencarkan cakupan vaksin sesuai prioritas kelompok rentan dan menyusun strategi testing yang lebih spesifik atau targeted testing," kata Wiku.

Ia menambahkan, kemudian mempertahankan resiliensi dengan konsisten melakukan surveilans dan menyusun rencana kontijensi untuk vaksinasi atau testing masal jika keadaan darurat kembali.

Selain itu, ia mendorong peningkatan inovasi berdasarkan pembelajaran selama pandemi Covid-19. "Pengelolaan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan harus semakin masif untuk upaya deteksi dan pencegahan maupun pengobatan penyakit menular lainnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement