Rabu 11 May 2022 17:08 WIB

Israel tidak Mau Disalahkan Atas Penembakan Jurnalis Aljazirah

PM Israel mengatakan kemungkinan orang Palestina bersenjata yang lakukan penembakan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Kantor Aljazirah
Foto: Aljazirah
Kantor Aljazirah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Seorang jurnalis Aljazirah, Shireen Abu Akleh tewas ditembak oleh pasukan Israel ketika meliput serangan di Kota Jenin, wilayah pendudukan Tepi Barat. Israel tidak mau disalahkan atas kematian Abu Akleh, dan justru menuding militan Palestina yang telah menembak jurnalis tersebut.

Militer Israel mengatakan, pasukannya diserang dengan tembakan senjata berat dan bahan peledak saat beroperasi di Jenin. Kemudian mereka melancarkan serangan balasan. Militer Israel sedang menyelidiki peristiwa itu, dan mencari kemungkinan bahwa para wartawan ditembak oleh orang-orang bersenjata Palestina.

Baca Juga

Sementara Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan, berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan, ada kemungkinan besar bahwa orang-orang Palestina bersenjata telah menembak para wartawan yang sedang meliput. "Mereka yang menembak dengan liar adalah orang-orang yang menyebabkan kematian jurnalis malang itu," ujarnya.

Klaim Israel ini merujuk pada rekaman video, di mana orang-orang bersenjata Palestina terlihat berlari melalui jalan sempit. Salah satu dari mereka berteriak bahwa seorang tentara telah terluka. Para pejabat mengatakan, tidak ada warga Israel yang terluka dalam insiden itu.

Sementara, sebuah video terpisah yang ditayangkan oleh Aljazirah menunjukkan tembakan terdengar di area terbuka. Abu Akleh terlihat tergeletak di pinggir jalan saat jurnalis lain berjongkok di dekatnya dan seorang pria berteriak memanggil ambulans. Tidak diketahui apakah kedua video itu diambil di lokasi yang sama. Kedua reporter itu mengenakan rompi antipeluru berwarna biru dengan tulisan "PRESS".

Israel telah mengusulkan penyelidikan bersama dan otopsi. Namun Otoritas Palestina menolak tawaran itu. Otoritas Palestina mengutuk penembakan tersebut. Mereka mengatakan, insiden ini adalah kejahatan yang dilakukan oleh pasukan Israel.

Seorang komandan Israel, Ran Kochav, mengatakan kepada radio militer bahwa, kedua jurnalis itu membawa kamera dan berdiri di dekat orang-orang bersenjata Palestina. Dia mengatakan, para militan Palestina adalah orang-orang tidak profesional dan teroris yang menembaki pasukan Israel.

"Mereka kemungkinan yang menembaki para wartawan," kata Kochav.

Abu Akleh terkena peluru tajam dan dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Nyawa Abu Akleh tidak tertolong dan dia dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit. Sementara jurnalis Palestina lainnya yang terkena tembakan, Ali Samoudi, dirawat di rumah sakit dalam kondisi stabil. 

Jaringan berita Aljazirah yang berbasis di Qatar menghentikan siarannya untuk mengumumkan kematian Abu Akleh. Dalam sebuah pernyataan, Aljazirah meminta komunitas internasional untuk mengutuk dan meminta pertanggungjawaban pasukan pendudukan Israel karena sengaja menargetkan dan membunuh jurnalis.

“Kami berjanji untuk mengadili para pelaku secara hukum, tidak peduli seberapa keras mereka berusaha menutupi kejahatan mereka, dan membawa mereka ke pengadilan,” kata pernyataan Aljazirah.

Abu Akleh (51 tahun) lahir di Yerusalem, dan warga negara Amerika Serikat. Dia mulai bekerja untuk Aljazirah pada 1997 dan kerap melaporkan seluruh insiden yang terjadi di wilayah Palestina.

Samoudi, yang merupakan produser Abu Akleh mengatakan kepada The Associated Press bahwa, mereka termasuk di antara tujuh wartawan yang meliput serangan di Kota Jenin pada Rabu (11/5/2022) pagi. Samoudi mengatakan, semua jurnalis yang melakukan peliputan mengenakan alat pelindung yang menandai mereka sebagai wartawan. Para jurnalis melewati pasukan Israel, sehingga tentara akan melihat mereka dan tahu bahwa mereka ada di lokasi konflik.

Samoudi mengatakan, para wartawan lolos dari tembakan pertama. Kemudian tembakan kedua mengenai Samoudi, dan tembakan ketiga membunuh Abu Akleh. Samoudi mengatakan, tidak ada militan atau warga sipil Palestina lainnya di daerah itu. Hanya wartawan dan tentara saja yang ada di lokasi. Samoudi mengatakan, klaim militer bahwa mereka ditembak oleh militan adalah "kebohongan total."

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement