Selasa 17 May 2022 13:12 WIB

Pelaku Penembakan Buffalo Pernah Kunjungi Lokasi Kejadian

Pelaku pernah kunjungi lokasi pada Maret dan sehari sebelum penembakan

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Penyidik bekerja di lokasi penembakan di sebuah supermarket, di Buffalo, NY, Senin, 16 Mei 2022.
Foto: AP/Matt Rourke
Penyidik bekerja di lokasi penembakan di sebuah supermarket, di Buffalo, NY, Senin, 16 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BUFFALO -- Polisi mengatakan pelaku penembakan massal di Buffalo, New York, Amerika Serikat (AS) Payton Gendron pernah mengunjungi lokasi penembakan pada Maret lalu dan satu hari sebelum kejadian. Polisi menetapkan pembunuhan di pemukiman mayoritas Afrika-Amerika ini bermotif rasial.

Pada Senin (16/5/2022) waktu AS surat kabar The Washington Post melaporkan pada Maret, Gendron yang tinggal di Conklin, New York berkunjung ke Tops Friendly Market untuk melakukan pemetaan dan mempersiapkan lokasi serangan. Conklin merupakan kota perbatasan antara New York dan Pennsylvania yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Buffalo.

Baca Juga

Dalam laporannya The Post mengatakan saat itu petugas keamanan toko sempat mencegatnya karena ia terlihat mencurigakan. Surat kabar tersebut mengutip unggahan di internet oleh seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai Gendron.

Pada wartawan Komisioner Kepolisian Buffalo Joseph Gramaglia mengatakan pelaku mengunjungi Buffalo pada awal Maret lalu. Tapi ia menolak mengkonfirmasi detail lain yang dilaporkan The Washington Post atau media lainnya. Pihak berwenang mengatakan pelaku kembali ke Buffalo pada Jumat (13/5/2022) untuk melakukan "pemantauan" akhir.

The Post mengatakan kunjungan ke Buffalo pada bulan Maret diungkapkan dengan rinci pada serangkaian pesan di aplikasi kirim pesan yang dikumpulkan dalam dokumen setebal 589 halaman yang kini sudah dihapus. Dokumen itu menyebut toko Tops sebagai "area penyerangan 1."

Dalam dokumen itu digambarkan lokasi tersebut berada di dua lokasi yang menjadi target untuk "tembak semua warga kulit hitam". Penulisnya mencatat 53 orang kulit hitam dan enam orang kulit putih saat ia mengunjungi toko tersebut.

Dokumen itu juga mencatat penulisnya ditilang polisi karena mengemudi terlalu cepat saat menuju Buffalo pada 8 Maret lalu. The Post memiliki bukti tilang untuk Gendron.

Polisi mengkonfirmasi sedang menyelidiki unggahan-unggahan Gendron di internet. Termasuk manifesto setebal 180 halaman yang menunjukkan ia meyakini "Teori Penggantian Besar" sebuah teori konspirasi tentang demografi kulit putih sengaja diganti dengan populasi kulit berwarna.  

Pakar mengatakan semakin banyak anak muda kulit putih yang terinspirasi dalam penembakan massal bermotif rasial sebelumnya. Seperti serangan ke gereja masyarakat Afrika-Amerika di South Carolina pada 2015 lalu, penembakan di sinagog Pittsburgh pada 2018, dan serangan ke Walmart di el Paso pada 2019.

Sebanyak 11 dari 13 orang yang Gendron tembak merupakan warga kulit hitam. Ia sengaja melepaskan tembakan senapan semi-otomatis di pemukiman mayoritas Afrika-Amerika. Sepuluh korban tewas merupakan orang kulit hitam yang terdiri dari sembilan konsumen dan seorang pensiunan polisi yang bekerja sebagai petugas keamanan toko.  

Polisi mengatakan Gendron menyerah setelah sempat menempelkan senjatanya ke lehernya. Ia ditahan tanpa jaminan dan didakwa pembunuhan tingkat pertama. Ia mengaku tidak bersalah.

Penyidik mengatakan mereka telah menelusuri rekaman telepon genggam, komputer, dan unggahannya di internet serta sejumlah bukti fisik. Sebagai detail baru tentang masa lalu pelaku dan serangan yang ia rencanakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement